Hanya Kau, tempatku berlindung
Hanya Engkau, laguku dan kekuatanku
Ijinkanlah..ku datang menyembah
Membawa syukurku
Sedalamnya hatiku, Kau pun tahu
Dan kasihMu tak jauh dalam jiwaku
Di dalam kesesakan, di dalam kemenangan
Ku tahu Engkau selalu bersamaku
Rabu, 23 April 2008
Senin, 21 April 2008
Pengharapan Yang Tidak Mengecewakan
Saya cukup terkejut pada saat saya mendengar bahwa setiap pengurus di Gereja Sungai Yordan Pengharapan (GSYP Bekasi) harus berkhotbah. Bagaimana tidak? Saya termasuk salah satunya.
Sebelumnya, saya memang sudah terbiasa untuk tampil dan berbicara di tempat umum. Ketika saya masih kuliah, saya pernah mengikuti lomba debat dalam bahasa Inggris skala nasional. Saya juga pernah menjadi pembawa acara dan games dalam acara-acara untuk umum. Di lingkungan pekerjaan, saya selalu memimpin rapat terbuka dan pernah membawakan pidato dalam seminar internasional. Saya juga sudah terbiasa menjadi pemimpin pujian, baik di gereja local maupun kebaktian kelompok sel. Selain itu, saya juga menjadi koordinator pemuda. Maka, sudah sewajarnya jika saya tidak merasakan gugup, ragu, degdeg an, ketika mendengar berita tersebut.
Tetapi tidak demikian pada kenyataannya. Perasaan saya campur aduk. Saya ingin menghindari pertemuan pengurus tersebut. Saya merasa gugup, ngeri, malu dan hal-hal negatif lainnya. Menyadari bahwa saya belum sempurna dan memang tidak akan pernah sempurna untuk membawakan khotbah adalah salah satu sebab terbesar adanya perasaan gugup ini. Bagi saya, ini bukan hanya tentang khotbah, ini membawakan pesan Tuhan. Firman Tuhan adalah bagaikan pedang bermata dua, menembus orang lain yang mendengarkannya juga saya yang akan membawakannya bahkan sanggup memisahkan roh dan jiwa saya.
Namun Tuhan sangat baik dan setia bagi saya. Dia lah sumber kekuatan saya. Menjadi pegangan hidup saya sejak saya kecil. Lebih dari itu semua, Dia lah sumber pengarapan saya, menjadi sauh yang kuat dan aman bagi jiwa saya. Akhirnya, setelah berdoa dan mohon pimpinanNya, saya memberanikan diri membawakan khotbah pada Roma 5 : 1-11 dan mengambil topik mengenai pengharapan yang tidak mengecewakan.
Ketika saya merenungkan kasih Tuhan dalam kehidupan orang-orang percaya, saya menemukan bahwa ada satu keuntungan kekal yang diberikan secara percuma/gratis kepada setiap orang percaya, yaitu PENGHARAPAN.
Sebetulnya, apa sih pengharapan itu? Saya menemukan bahwa pengharapan selalu identik dengan iman, ketekunan dan penderitaan. Pengharapan adalah penantian dengan penuh iman, yang dikerjakan dengan ketekunan; sehingga kita dapat bermegah dalam penderitaan. Dengan kata lain, pengharapan adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita. (Ibrani 6:19 - Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir)
Pengharapan yang ada di dunia ini ada dua bentuk, yaitu yang mengecewakan dan yang tidak mengecewakan.
Pengharapan yang mengecewakan adalah pengharapan yang ditujukan kepada orang lain, ilmu hitam, peramal, zodiac, dan juga kepada diri sendiri. Amsal mengatakan bahwa terkutuklah manusia yang mengandalakan orang lain dan kekuatannya sendiri. Pengarapan yang seperti ini bersifat fana, sementara, tidak berdasar sehingga tidak memiliki kekuataan yang pada akhirnya disimpulkan dalam satu kata, mengecewakan.
Lalu pengarapan bagaimana yang tidak akan pernah mengecewakan? Saya menemukan ada 3 bentuk pengharapan yang kekal, memberi kekuatan dan tidak mengecewakan, antara lain:
1. Pengarapan yang ditujukan kepada Allah saja
Yang terutama adalah bahwa pengarapan tersebut harus ditujukan kepada Allah, karena Bapa sendiri yang telah menganugerahkan nya kepada kita. II Tesalonika 2 : 16, mengatakan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita,
Kita tidak akan dapat menujukannya kepada Allah kalau kita tidak percaya kepada Nya. Untuk percaya kepadaNya, diperlukan satu hal, yaitu IMAN. Definisi iman sudah jelas dikatakan bahwa iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1). Apa ada diantara saudara yang pernah melihat Allah? Saya yakin tidak ada, seandainya ada pun pasti saudara tidak akan bisa melihat saya. Karena sudah pasti anda akan buta melihat kemuliaan Allah yang menyilaukan. Berbahagialah anda yang percaya namun tidak melihat. Berbahagialah anda dan saya! Satu hal lagi, bahwa iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati! Iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu, iman kita dalamNya menjadi sempurna (Yak 2:22)
Kita bisa melihat contohnya dalam diri Abraham. Janji Allah kepadanya adalah keturunan Abraham akan dibuatnya buanyak, seperti pasir di pantai dan bintang di langit. Saya yakin bahkan astronomi sendiri tidak akan mampu menghitung berapa jumlah bintang di langit. Secara manusia tidak mungkin Abraham dapat memiliki keturunan yang banyak. Ketika itu, usianya sudah mencapai 100 tahun, badannya sudah lemah dan kandungan Sara sudah tettutup. Bagaimana mungkin? Namun, imannya tidak menjadi lemah, melainkan semakin kuat. Bahkan ia sempat menyembah Tuhan. Sehingga Bapa sendiri memperhitungkan tindakan iman Abaraham sebagai suatu kebenaran, sampai saat ini. Ketika saudara dan saya menjadi anak-anak Abraham.
2. Pengaharapan yang dikerjakan dengan ketekunan, terutama dalam penderitaan.
Manusia tidak akan bisa berpengharapan kepada Allah jika tidak mengalami penderitaan. Jadi, selama kita mengalami cobaan, penderitaan dan kesulitan-kesulitan lainnya, maka selama itu pula lah kita dapat berpengarapan kepadaNya. Dalam penderitaan, kita tentu akan sulit berpengarapan kepada sesuatu yang tidak terlihat (Allah-Iman) Namun jika kita tekun beriman dan mengerjakan keselamatan kita dengan penuh ketekunan, maka ketekunan itu akan menimbulkan tahan uji dan tahan uji dapat menimbulkan pengharapan sehingga kita dapat bermegah dalam setiap cobaan yang ada.
3. Pengharapan yang sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dikaruniakan oleh Roh Kudus yang dicurahkan untuk setiap hati
Tanpa Roh Kudus yang memberi kekuatan, maka kita tidak akan dapat berpengarapan kepada Allah. Jadi, pada akhirnya, tinggal tiga hal, yakni iman, pengharapan dan kasih. Diantara semuanya itu, yang paling besar adalah kasih.
Saya sudah tidak bersama dengan ayah saja sejak saya kecil. Jadi, orang tua yang saya tahu hanya satu orang, yaitu ibu saya. Dengan keadaan seperti itu, ibu saya cukup sibuk menjadi ibu sekaligus ayah –pencari nafkah-, juga lebih memperhatikan kedua adik saya. Sebagai anak tertua, saya cukup mengerti keadaan keluarga saya dan tidak menuntut banyak hal. Sejak usia saya 4 tahun, saya sudah mengenal Tuhan. Setiap minggu, saya rajin ke sekolah minggu. Tuhan menjadi pelipur lara saya ketika saya kesepian, ketika saya sedih, dan merana. Ibu saya mungkin tidak akan pernah tahu masalah-masalah saya namun Tuhan adalah orang pertama yang tahu. Dalam setiap masalah, saya belajar untuk berpengarapan kepada Tuhan. Hingga sampai saat ini, saya ada di tempat ini, diberkati dengan berlimpah. Saya menjadi sebuah karya yang indah bagiNya. Berkat melimpah dalam segala hal merupakan bonus yang saya terima selama berpengarapan kepada Allah. Dia tidak pernah mengecewakan saya.
Akhir kata, saya berdoa agar kesaksian ini dapat mencelikkan mata rohani saudara yang buta dan membuat kaki rohani anda yang lumpuh dapat berjalan kembali. Respon saudara dan saya terhadap Firman Tuhan itu lah yang membedakan cara kerja Tuhan dalam kehidupan kita, pribadi lepas pribadi. Tuhan memberkati. (M.M, red)
Sebelumnya, saya memang sudah terbiasa untuk tampil dan berbicara di tempat umum. Ketika saya masih kuliah, saya pernah mengikuti lomba debat dalam bahasa Inggris skala nasional. Saya juga pernah menjadi pembawa acara dan games dalam acara-acara untuk umum. Di lingkungan pekerjaan, saya selalu memimpin rapat terbuka dan pernah membawakan pidato dalam seminar internasional. Saya juga sudah terbiasa menjadi pemimpin pujian, baik di gereja local maupun kebaktian kelompok sel. Selain itu, saya juga menjadi koordinator pemuda. Maka, sudah sewajarnya jika saya tidak merasakan gugup, ragu, degdeg an, ketika mendengar berita tersebut.
Tetapi tidak demikian pada kenyataannya. Perasaan saya campur aduk. Saya ingin menghindari pertemuan pengurus tersebut. Saya merasa gugup, ngeri, malu dan hal-hal negatif lainnya. Menyadari bahwa saya belum sempurna dan memang tidak akan pernah sempurna untuk membawakan khotbah adalah salah satu sebab terbesar adanya perasaan gugup ini. Bagi saya, ini bukan hanya tentang khotbah, ini membawakan pesan Tuhan. Firman Tuhan adalah bagaikan pedang bermata dua, menembus orang lain yang mendengarkannya juga saya yang akan membawakannya bahkan sanggup memisahkan roh dan jiwa saya.
Namun Tuhan sangat baik dan setia bagi saya. Dia lah sumber kekuatan saya. Menjadi pegangan hidup saya sejak saya kecil. Lebih dari itu semua, Dia lah sumber pengarapan saya, menjadi sauh yang kuat dan aman bagi jiwa saya. Akhirnya, setelah berdoa dan mohon pimpinanNya, saya memberanikan diri membawakan khotbah pada Roma 5 : 1-11 dan mengambil topik mengenai pengharapan yang tidak mengecewakan.
Ketika saya merenungkan kasih Tuhan dalam kehidupan orang-orang percaya, saya menemukan bahwa ada satu keuntungan kekal yang diberikan secara percuma/gratis kepada setiap orang percaya, yaitu PENGHARAPAN.
Sebetulnya, apa sih pengharapan itu? Saya menemukan bahwa pengharapan selalu identik dengan iman, ketekunan dan penderitaan. Pengharapan adalah penantian dengan penuh iman, yang dikerjakan dengan ketekunan; sehingga kita dapat bermegah dalam penderitaan. Dengan kata lain, pengharapan adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita. (Ibrani 6:19 - Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir)
Pengharapan yang ada di dunia ini ada dua bentuk, yaitu yang mengecewakan dan yang tidak mengecewakan.
Pengharapan yang mengecewakan adalah pengharapan yang ditujukan kepada orang lain, ilmu hitam, peramal, zodiac, dan juga kepada diri sendiri. Amsal mengatakan bahwa terkutuklah manusia yang mengandalakan orang lain dan kekuatannya sendiri. Pengarapan yang seperti ini bersifat fana, sementara, tidak berdasar sehingga tidak memiliki kekuataan yang pada akhirnya disimpulkan dalam satu kata, mengecewakan.
Lalu pengarapan bagaimana yang tidak akan pernah mengecewakan? Saya menemukan ada 3 bentuk pengharapan yang kekal, memberi kekuatan dan tidak mengecewakan, antara lain:
1. Pengarapan yang ditujukan kepada Allah saja
Yang terutama adalah bahwa pengarapan tersebut harus ditujukan kepada Allah, karena Bapa sendiri yang telah menganugerahkan nya kepada kita. II Tesalonika 2 : 16, mengatakan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita,
Kita tidak akan dapat menujukannya kepada Allah kalau kita tidak percaya kepada Nya. Untuk percaya kepadaNya, diperlukan satu hal, yaitu IMAN. Definisi iman sudah jelas dikatakan bahwa iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1). Apa ada diantara saudara yang pernah melihat Allah? Saya yakin tidak ada, seandainya ada pun pasti saudara tidak akan bisa melihat saya. Karena sudah pasti anda akan buta melihat kemuliaan Allah yang menyilaukan. Berbahagialah anda yang percaya namun tidak melihat. Berbahagialah anda dan saya! Satu hal lagi, bahwa iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati! Iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu, iman kita dalamNya menjadi sempurna (Yak 2:22)
Kita bisa melihat contohnya dalam diri Abraham. Janji Allah kepadanya adalah keturunan Abraham akan dibuatnya buanyak, seperti pasir di pantai dan bintang di langit. Saya yakin bahkan astronomi sendiri tidak akan mampu menghitung berapa jumlah bintang di langit. Secara manusia tidak mungkin Abraham dapat memiliki keturunan yang banyak. Ketika itu, usianya sudah mencapai 100 tahun, badannya sudah lemah dan kandungan Sara sudah tettutup. Bagaimana mungkin? Namun, imannya tidak menjadi lemah, melainkan semakin kuat. Bahkan ia sempat menyembah Tuhan. Sehingga Bapa sendiri memperhitungkan tindakan iman Abaraham sebagai suatu kebenaran, sampai saat ini. Ketika saudara dan saya menjadi anak-anak Abraham.
2. Pengaharapan yang dikerjakan dengan ketekunan, terutama dalam penderitaan.
Manusia tidak akan bisa berpengharapan kepada Allah jika tidak mengalami penderitaan. Jadi, selama kita mengalami cobaan, penderitaan dan kesulitan-kesulitan lainnya, maka selama itu pula lah kita dapat berpengarapan kepadaNya. Dalam penderitaan, kita tentu akan sulit berpengarapan kepada sesuatu yang tidak terlihat (Allah-Iman) Namun jika kita tekun beriman dan mengerjakan keselamatan kita dengan penuh ketekunan, maka ketekunan itu akan menimbulkan tahan uji dan tahan uji dapat menimbulkan pengharapan sehingga kita dapat bermegah dalam setiap cobaan yang ada.
3. Pengharapan yang sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dikaruniakan oleh Roh Kudus yang dicurahkan untuk setiap hati
Tanpa Roh Kudus yang memberi kekuatan, maka kita tidak akan dapat berpengarapan kepada Allah. Jadi, pada akhirnya, tinggal tiga hal, yakni iman, pengharapan dan kasih. Diantara semuanya itu, yang paling besar adalah kasih.
Saya sudah tidak bersama dengan ayah saja sejak saya kecil. Jadi, orang tua yang saya tahu hanya satu orang, yaitu ibu saya. Dengan keadaan seperti itu, ibu saya cukup sibuk menjadi ibu sekaligus ayah –pencari nafkah-, juga lebih memperhatikan kedua adik saya. Sebagai anak tertua, saya cukup mengerti keadaan keluarga saya dan tidak menuntut banyak hal. Sejak usia saya 4 tahun, saya sudah mengenal Tuhan. Setiap minggu, saya rajin ke sekolah minggu. Tuhan menjadi pelipur lara saya ketika saya kesepian, ketika saya sedih, dan merana. Ibu saya mungkin tidak akan pernah tahu masalah-masalah saya namun Tuhan adalah orang pertama yang tahu. Dalam setiap masalah, saya belajar untuk berpengarapan kepada Tuhan. Hingga sampai saat ini, saya ada di tempat ini, diberkati dengan berlimpah. Saya menjadi sebuah karya yang indah bagiNya. Berkat melimpah dalam segala hal merupakan bonus yang saya terima selama berpengarapan kepada Allah. Dia tidak pernah mengecewakan saya.
Akhir kata, saya berdoa agar kesaksian ini dapat mencelikkan mata rohani saudara yang buta dan membuat kaki rohani anda yang lumpuh dapat berjalan kembali. Respon saudara dan saya terhadap Firman Tuhan itu lah yang membedakan cara kerja Tuhan dalam kehidupan kita, pribadi lepas pribadi. Tuhan memberkati. (M.M, red)
Langganan:
Postingan (Atom)