Jumat, 19 September 2008

Menerima Rencana Tuhan Seutuhnya

“…Dia Tuhan, biarlah diperbuatNya apa yang dipandang-Nya baik”
1 Samuel 3:16 C


Kisah ini menceritakan tentang proses panggilan Samuel, anak dari Elkana dan Hana, orang Efraim. Samuel merupakan anak yang telah dinantikan lama oleh orang tuanya, khususnya ibunya, Hana. Saya menemukan bahwa Hana merupakan perempuan yang luar biasa. Demi mendapatkan Samuel, Hana kerap datang menghadap kepada Tuhan dan berdoa kepada-Nya dengan tidak putus asa sampai Tuhan ingat kepada-Nya.

Ketika Hana mengandung, Hana dan Elkana memberikan nama “Samuel” kepada anak itu, yang artinya “Aku telah memintanya dari pada Tuhan”. Setelah mendapatkan Samuel, Hana rela menyerahkan anak tersebut untuk tinggal di rumah Tuhan sampai selamanya. Hana pun mempercayakan hidup Samuel kepada-Nya, melalui pengawasan Imam Eli. Sebab Tuhan itu baik dan tak pernah berhutang, Dia memberikan kepada Hana tiga orang anak laki-laki lagi dan dua orang anak perempuan. Sementara Samuel tetap tinggal dengan keluarga Eli, sang Imam besar di kota Silo.

Eli memiliki dua anak lelaki dengan perangai buruk, Hofni dan Pinehas. Dosa anak-anaknya sungguh besar, karena mereka tidak mengindahkan Tuhan. Mereka berlaku buruk kepada setiap orang yang mau mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan, merampas korban mereka dan meniduri para perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan. Berulang kali Eli menegur mereka tetapi tidak pernah didengarnya oleh mereka. Sementara itu, Samuel semakin besar dan semakin disukai di hadapan Tuhan maupun di hadapan manusia.

Kabar mengenai tingkah laku Hofni dan Pinehas telah tersebar hampir ke seluruh pelosok Silo. Seorang abdi Allah pernah mendatangi Eli untuk memberitahukannya firman Allah mengenai keluarganya; bahwa kedua anaknya akan meninggal pada hari yang sama dan Allah akan mengangkat seorang imam kepercayaanNya yang berlaku sesuai dengan hati dan jiwa Allah-yang lambat laun diketahui adalah Samuel. Hal ini adalah sangat luar biasa. Allah sendiri yang mengakui bahwa Samuel hidup berkenan dengan hati-Nya dan jiwa-Nya. Luar biasa !

Ketika itu, Samuel masih sangat muda dan ketika itu, Tuhan jarang berfirman dan jarang ada penglihatan-penglihatan. Sehingga Samuel belum pernah mendengar panggilan Tuhan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Samuel tidak ‘ngeh’ ketika Allah memanggilnya. Luar biasa lagi! Samuel-yang sebelumnya pernah mendengar panggilan Allah, namun memiliki kepekaan mendengar suaraNya. Meskipun dia salah sangka, karena dipikirnya itu adalah suara Eli. Samuel dipanggil Tuhan 3 X, ketika dia sedang tertidur –suatu saat yang saya yakin tidak pernah terpikirkan sebelumnya olehnya. Dengan bimbingan Eli, Samuel mengetahui bahwa Allah lah yang memanggilnya. Ketika Samuel meresponi panggilan Allah dengan baik, yaitu dengan sikap mendengarkan maka Allah menceritakan seluruh isi hatiNya, hanya kepada Samuel dan bahkan tidak kepada Eli. Allah sendiri yang mengatakan rencanaNya untuk menghukum keluarga Eli. Adalah sesuatu yang berat bagi Samuel untuk menceritakan semua itu kepada Eli, seorang imam besar, yang telah membesarkan, mengasihi dan mengajarinya sejak dia kecil. Namun, Samuel harus memberitahukannya kepada Eli, sebuah kebenaran yang datangnya berasal dari mulut Allah sendiri.

Saya kagum dengan sikap Eli, yang dengan rendah hati menerima semua perkataan Samuel. Secara manusia, Eli merupakan imam besar, orang yang sangat berpengaruh bagi banyak orang. Sementara Samuel belum jadi apa-apa, masih anak bawang. Tetapi Eli mengetahui dengan pasti bahwa bukan Samuel yang berbicara mengenai keluarganya, melainkan Allah sendiri dan saya sangat tertarik dengan perkataan Eli, « Dia Tuhan, biarlah diperbuatNya apa yang dipandangNya baik ». WOW. Luar biasa ! Eli tidak marah, dia mengijinkan rencana Allah terjadi dalam hidupnya, meskipun tidak sesuai dengan harapannya.

Saya membayangkan respon saya, jika saya sudah menikah dan memiliki dua anak laki-laki yang kurang ajar, lalu ada seseorang yang mengatakan kepada saya, bahwa anak-anak saya akan mati pada hari yang sama –apalagi yang mengatakannya adalah lebih kecil daripada anak saya. Secara manusia, saya pasti akan marah besar dan mengacuhkan anak tersebut. Tetapi Eli beda. Saya yakin bahwa jika Eli tidak memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan, dia pasti memiliki respon yang negatif.

Melalui kisah ini, ada dua kisah yang mengalami rencana Tuhan yang tidak sesuai dengan keinginan dan harapannya sebagai manusia, yaitu Hana dan Eli. Berat bagi mereka untuk melakukannya tetapi karena kasih mereka yang jauh lebih besar,mereka bersedia melakukannya.Kadangkala, rencana Allah dalam hidup kita tak sesuai dengan harapan dan rencana kita. Tetapi yakinlah bahwa Allah, sang Pencipta, mengetahui rancangan yang ada bagi hidup kita masing-masing dan karena Dia adalah Allah dan bukan manusia, maka Dia tak pernah gagal. Ketika kita berserah kepada setiap rencana-Nya, maka Allah akan memperhitungkan kita sebagai orang-orang yang berkenan di hati dan jiwaNya. Dia pun tak akan segan memberikan berkat yang berlimpah.

“Bapa, aku berterima kasih atas firmanMu yang sungguh luar biasa. Hari ini, aku belajar mengikuti setiap rencana Tuhan, terutama rencanaMu yang tak seperti yang ku harapkan. Ampunilah aku yang sering kali memakai hikmatku sebagai manusia sehingga Engkau perhitungkan sebagai kebodohan. Aku menaruh setiap iman dan pengharapanku atas kasihMu. Aku bersedia mengikuti setiap rencanaMu-apa pun itu. Karena aku ingin membuktikan kepadaMu bahwa aku adalah hambaMu yang setia. Roh Kudus, tolong limpahkan kekuatan daripadaMu supaya aku bisa bertahan dalam rencanaNya sampai pada kesudahannya. Terima Kasih banyak Bapa. Aku mencintaimu”



Tidak ada komentar:

Us

Us