Kamis, 29 Januari 2009

PERJALANAN MENUJU TANAH KANAANKU - Bagian II

“PERJALANAN MENUJU TANAH KANAANKU”
(DEPARTEMEN LUAR NEGERI)
Bagian II



Saya sangat bersyukur dapat tertanam dalam suatu wadah pelayanan di komunitas anak muda Rumah Doa Pengaharapan (RDP) Youth Graha Indah. Saya bergumul dengan Tuhan minta komunitas pelayanan di mana Saya bisa bertumbuh dan berbagi suka dan duka. Akhirnya Tuhan mengarahkan Saya ke sini. Saya ingat setahun yang lalu ketika Kak Mega (Ketua Youth kami) ketika meminta Saya untuk bergabung melayani sebagai Pemerhati. Wah, hati saya langsung bergejolak gembira……Senang sekali karena Saya sudah menantinya sejak Saya hijrah ke Bekasi kembali (kalo engga salah sejak tahun 2004). Tetapi agak sedikit beban adalah kata “Pemerhati”. Saya belum pernah menjadi seorang pemerhati. Tetapi di sini lah Tuhan membentuk karakter Saya untuk lebih responsif, menjadi orang yang dibutuhkan (bukan orang penting), berbeban untuk kehadiran anak-anak muda dalam setiap ibadah, berbagi kasih, saling menguatkan dan mengingatkan satu dengan yang lainnya. Selain itu, hati Saya juga melimpah dengan syukur karena di saat-saat Saya dalam lembah kekelaman, Saya dikuatkan dan disemangatkan dengan Firman Tuhan yang disampaikan melalui Kak Larry (Pembina RDP Youth Graha Indah), bukan hanya itu saja keceriaan teman-teman lainnya membuat Saya tidak mau kehilangan saat-saat berharga yang penuh dengan kasih dalam setiap pertemuan ibadah youth.

Perjalanan menuju Tanah Kanaan ini memakan waktu 5 (lima) bulan dari tanggal 10Juni 2008 (keluar dari BII) hingga 17 November 2008 (pengumuman Deplu). Sebulan pertama Saya masih santai menghadapi keadaan yang ada. Saya sangat menikmati hari-hari Saya tanpa kejenuhan berangkat pagi pulang malam. Saya bisa sesuka hati Saya mengatur waktu Saya. Di sini lah Tuhan memproses Saya sebagai bejana yang siap untuk dibentuk. Saya coba ikut program magang dari AIESEC UI, sampai Saya ambil TOEFL bulan Juli di UI untuk mengukur kemampuan Bahasa Inggris Saya. Hasil TOEFL pun tidak memuaskan, hanya 447. Saya sadar karena Saya terlalu santai dan tidak menggunakan waktu yang ada untuk belajar banyak. Test tahap pertama AIESEC pun Saya ikuti, hasilnya juga ternyata Saya tidak lulus. Sedih, bete, dan malu dengan diri sendiri dan orang lain (khususnya ortu), karena Saya sudah kepedean banyak bicara tentang keinginan mau ke luar negeri (nih dia Keangkuhan hidup pertama yang Tuhan ungkapkan: “Kesombongan”). Sebulan telah berlalu, ortu sudah menuntut janji Saya. Karena saat Saya keluar dari BII, Saya berjanji hanya 1 (satu) bulan saja rehat sementara dari dunia pekerjaan. Apalagi Papa Saya datang ke Bekasi dari P. Berandan. “Besi menajamkan besi, sesama menajamkan sesamanya (Amsal 27:17).” Itulah gesekan pertama saya. Tuhan memakai Papa Saya untuk mengkoreksi Saya. Bulan kedua Saya mulai gelisah (Nah tuh dia Keangkuhan hidup kedua yang Tuhan ungkapkan: “Gelisah”).

Saya mulai gelisah karena pekerjaan yang sudah ditawarkan sebelum Saya keluar dari BII melalui referensi rekan kerja tempat kakak Saya bekerja kok belum kelihatan hasilnya. Padahal Saya sudah melakukan wawancara dengan para Direksi dan Sang Komisaris. Di mana Komisaris akhirnya menawarkan Saya untuk bekerja di salah satu Grupnya. Saya pun sudah melakukan wawancara berulang kali dengan calon atasan langsung Saya (Bu Priskila nama beliau, seorang warga negara Singapura keturunan Cina), tetapi tersendat di masalah perhitungan gaji dan beliau belum sempat membicarakannya ke Sang Komisaris karena beliau ada urusan kantor di luar kota. Jadi, tertunda lah kepastian Saya bekerja di sana. 

Sembari menunggu kembalinya beliau dari luar kota, Saya juga tidak menyerah dengan memasukkan lamaran demi lamaran baik via internet maupun pos surat. Saya pun diberi kesempatan untuk dapat mengikuti proses penerimaan pegawai PLN tahun 2008 dan juga dapat panggilan kerja di salah satu perusahaan industri manufaktur Jepang yang ada di Karawang, serta wawancara di salah satu perusahaan Grup Sinar Mas (yang satu ini referensi dari Om Saya yang kenal dengan orang dalam di sana). Tuhan mulai mengajarkan Saya bagaimana harus mengambil keputusan yang tepat. Jujur… Saya bukanlah tipe orang yang gampang mengambil suatu keputusan karena Saya tipe orang “stabil-cermat” (itu hasil dari Test Karakter pada Retreat RDP Youth). Saya orang yang penuh dengan pertimbangan dan sangking penuh pertimbangan jadi engga bisa mengambil keputusan.

Tiba-tiba Saya dengan Bu Priskila loss contact, tapi di satu sisi Saya sudah agak tenang karena di bulan Agustus Saya sudah masuk tahap kedua seleksi PLN. Namun, pengumuman PLN selanjutnya ke tahap ketiga baru bulan depan, September. Wah, Saya terguncang kembali. Karena ortu terlebih mama sempat kecewa dan sakit hati karena Saya tidak mau mengambil tawaran kerja di perusahaan Grup Sinar Mas, di mana Om Saya yang memperkenalkan Saya dengan orang dalam di sana. Alasan Saya tidak bisa diterima oleh ortu Saya. Sikap dan keputusan Saya disalahartikan. Ortu mengira Saya terlalu memilih pekerjaan, maunya kerja sesuai dengan bidang Saya, maunya kerja dengan gaji yang tinggi, engga mau kerja dari bawah, maunya langsung punya posisi, dan lain-lain…..Yah…itulah pemikiran mereka tentang Saya saat itu. Bahkan papa mengatakan tidak akan menyokong dana lagi kepada Saya. Saya mengerti mungkin mereka merasa kecewa dengan Saya yang belum dapat pekerjaan yang baru, tapi sudah keluar duluan. Namun, Saya berusaha untuk tidak terintimidasi dengan keadaan. Di sinilah Saya sadar bahwa Saya sangat membutuhkan Tuhan. Dan Tuhan sudah menunggu Saya untuk mengatakan secara jujur bahwa Saya tidak sanggup berjalan tanpa tuntunan tangan Tuhan. Alasan Saya sebenarnya tidak mengambil pekerjaan itu, selain masih menunggu pengumuman tahap selanjutnya dari PLN, adalah Saya tidak mau bekerja pada hari Sabtu dan Minggu. Saya sudah komitmen bahwa hari Sabtu adalah hari yang tidak bisa diganggu untuk pelayanan Saya dan hari Minggu adalah hari sabat di mana 1 (satu) hari yang dikuduskan sebagai hari untuk datang beribadah kepada Tuhan bersama dengan orang-orang percaya lainnya.

Ketika Saya selesai melakukan Psikotest dan wawancara di salah satu perusahaan yang bergerak dalam dunia perhotelan di BEJ, Saya berniat mampir ke bank untuk mengecek saldo rekening Saya dan mengambil uang Saya di ATM bank tersebut. Namun, Saya melihat dekat bank yang Saya tuju bersebelahan dengan kantor capem bank tempat Saya bekerja dulu. Saya iseng mengecek saldo uang Saya dari ATM bank tersebut. Saya kaget ketika melihat nominal rekening Saya bertambah. Karena penasaran, Saya pun masuk ke dalam BII BEJ untuk ‘nge-print buku tabungan Saya. Ya, benar! Sungguh luar biasa Tuhan tidak membiarkan Saya kekurangan. Saya tidak pernah memikirkan akan ada yang menambahkan sejumlah uang ke rekening BII saya. Sampai saat ini Saya tidak tahu siapa orang yang mengirim ini karena keluarga Saya tidak ada yang tahu nomor rekening Saya di BII. Tapi yang pasti Tuhan telah menunjukkan kemurahanNya melalui orang tersebut. Saya hanya bisa berdoa mengucap syukur “Biarlah Tuhan yang memberkati orang tsb berlipat kali ganda”.

Keangkuhan hidup ketiga yang Tuhan ungkapkan kepada Saya adalah “Pakai Topeng”. Ketika ditanyakan oleh rekan kerja di BII di mana Saya bekerja, Saya mengatakan sudah bekerja di salah satu hotel di Bekasi (tempat Saya tadi wawancara). Rasa malu dan bersalah kepada Tuhan karena gengsi yang tinggi segera hati ini engga tenang. Saya segera sadar dan berkata kepada Tuhan, “Ya Tuhan…Saya mohon ampunanMu karena Saya telah berbohong kepada mereka terutama kepadaMu dengan tidak berani mengakui keadaan Saya yang sesungguhnya. Tuhan, terima kasih karena Engkau telah mengungkapkan satu hal lagi yang perlu dibereskan dari karakter Saya. Saya mau ini dikikis dari kehidupan Saya. Dan Tuhan Saya sudah capek ikut test di mana saja, berikan Saya kepastian pekerjaan bulan September nanti.”

Teman-teman, ternyata September Saya sudah mendapatkan kepastian bekerja pada bulan September di salah satu perusahaan manufaktur di Karawang. Tetapi pihak perusahaan memberi Saya waktu sangat cepat untuk mengambil keputusan. Jujur… Saya mengalami dilema karena Saya masih berharap besar untuk menanti pengumuman test tahap selanjutnya di PLN. Dengan pertimbangan karena hari Sabtu Saya harus bekerja dan masih menunggu PLN, Saya tidak mengambil pekerjaan tersebut. Pihak perusahaan mengatakan sayang sekali hanya karena menunggu PLN yang masih belum pasti (istilahnya baru 50%= gambling), Saya menyia-siakan kesempatan bekerja di sana. Kakak Saya pun sempat menyayangkan keputusan Saya menolak pekerjaan tersebut. Karena menurut dia daripada di rumah tidak ada kegiatan, lebih baik diambil saja pekerjaan tsb untuk sementara 3 (tiga) bulan percobaan. Tapi Saya orang yang sangat berprinsip bahwa Saya tidak mau mengambil suatu pekerjaan hanya karena Saya menganggur. Itu adalah motivasi yang salah. Saya ingin benar-benar merasakan sampai Tuhan mengatakan ini loh bagiannya Vina. Dan benar teman-teman, ibarat kita ingin membeli sutau benda yang berharga, kita harus berjuang untuk menabung sehingga mampu untuk membelinya. Demikian pula dengan pekerjaan yang Saya inginkan bahwa ada harga yang harus dibayar. Seberapa besar pengorbanan Saya akan hal itu akan teruji oleh waktu dan hidup mau tidak mau harus tunduk dan taat dalam otoritasNya. Wah, sangat berat sekali!!!

Saya sangat mengucap syukur setiap Firman yang disampaikan di RDP Youth Graha Indah benar-benar seturut dengan proses pembentukan pendewasaan rohani Saya. Pengajaran tentang “Hati yang Murni, Keangkuhan Hidup, Karakter, Karunia Rohani, Pertumbuhan Iman, Keinginan Manusia vs Kehendak Allah, dan Keputusan” benar-benar Saya butuhkan. Dan Saya harus menyediakan tanah hati yang baik agar Firman itu dapat tumbuh dan berbuah lebat.

Yang paling mempunyai dampak saat ini adalah tentang Keinginan Manusia vs Kehendak Allah, baik dalam hal mengambil keputusan, memilih suatu pilihan, maupun bertindak. Lulus Deplu benar-benar karena Kemurahan dan Kasih Karunia Tuhan dalam kehidupan Saya. Yang Saya rasakan bahwa Deplu bukanlah keinginan saya saat itu. Karena saya justru lebih fokus ke PLN. Tapi ternyata Tuhan punya rencana lain. Karena itu, benarlah Firtu di Yesaya mengatakan, “RancanganKu bukanlah rancanganmu. JalanKu bukanlah Jalanmu.” Karena jujur sebelumnya tidak terpikirkan oleh saya untuk menjadi seorang PNS. Tapi Saya percaya ketika Tuhan mengugurkan saya di tahap wawancara terakhir PLN, Tuhan punya jawaban yang terbaik atas doa saya. Teman-teman, Saya mengalami terobosan dan percepatan bersama Papa JC. Sungguh luar biasa LIVE IN GOD!!!

Ketika Saya melihat di website PLN bahwa Saya tidak lolos untuk masuk tahap selanjutnya, Saya sempat shock. Karena sudah terlalu jauh berharap. Singkat cerita, akhirnya Saya mengerti ketika Tuhan mengatakan “tidak” untuk PLN. Lalu Saya mengambil waktu pribadi dengan Papa JC secara eksklusif deh pokoknya. Berhubung saat itu Saya juga sedang menganggur, jadi have long time devotion with HIM. It’s really excited b’coz I felt God so closed with me. I could felt His tightly hug with His warm hand. Tentunya Saya menangis bombay (“,) hahahaha.....I just falling down with that situation. Tks God atas penghiburan yang luar biasa dari padaMU. Karena apa yang tidak pernah dipikirkan, dilihat, dan timbul dari dalam hati...... (Roma sekian....) bahwasanya pengumuman Deplu ternyata di bulan November juga (kalo tidak salah ingat, ±2 minggu setelah test tahap terakhir). Padahal perkiraan dari teman kakak saya yang lulus Deplu tahun sebelumnya mengatakan, biasanya pengumuman test Deplu pada bulan Desember. Sungguh telah terjadi percepatan dalam kehidupan Saya. Tuhan tahu waktu yang terbaik buat Saya dan Tuhan tidak mau membuang waktu saya dengan sia-sia. Karena setelah pengumuman Deplu tersebut, Saya mendapatkan tiket pulang dari Tuhan untuk mengunjungi orang tua Saya yang ada di Pangkalan Berandan. Dan di sana telah menanti proyek tuhan selanjutnya. Oh, God, you are so awesome!!! Beneran loh kalo hidup kita sudah kita deklarasikan hanya untuk kemuliaan nama Tuhan. Tuhan benar-benar memakai kita secara penuh. Karena saat momen di Retreat Youth di Gadog, Februari 2008 dan Oktober 2008, Saya berkomitmen untuk menjadi alatNya, tepatnya untuk menjadi Hamba Tuhan. Dan saya percaya Tuhan sudah menyediakan ladang di mana Saya akan melakukan pekerjaanNya. AMIN!!!

Bulan Desember 2008 adalah special gift dari Papa JC untuk Vina. Liburan itu sangat mengesankan dan bermakna. Karena Tuhan benar-benar luar biasa dalam kehidupanku. DIA memberikan special memoried moment to close year 2008. Kalau Saya lulus PLN pasti saya sedang diklat di Bogor. Tuhan tahu terlebih dahulu bahwa Saya rindu untuk pulang ke kota kecil di mana Saya dibesarkan dan bertumbuh menjadi seorang gadis yang cantik tentunya (“,).hahahaha..... Pangkalan Berandan di sanalah Saya menghabiskan masa kecil Saya hingga ABG. Luar biasa hari-hari Saya sangat menyenangkan di sana. Tuhan sudah menyediakan jadwal-jadwal bagi saya, mulai dari Pendalaman Alkitab (PA), Ibadah Minggu Pemuda, dan yang paling berkesan adalah menjadi Worship Leader (WL) untuk acara Natal Naposo NGKPA. Konsep natalnya adalah KKR. Dan saya surprised ketika ditunjuk untuk WL. Karena tinggal ± 10 hari acara belum ada Wlnya, sedangkan Saya seorang pemudi yang sedang berkunjung dan tidak terlibat dalam kepanitiaan Natal. Wah, benar-benar tantangan besar. Karena saya belum pernah WL untuk acara seperti itu, biasanya hanya untuk acara Retreat dan fellowship Youth. It’s my Grand Opening!!! Tapi Tuhan menyertai saya (ya walaupun saya sempat melakukan something bad di mata Tuhan....huhuhu....). Saya paling terpukau di opening Ibadah dn Altar Calling. That was Great! Saya sungguh merasakan Hadirat Tuhan melingkupi ruangan Gereja kami. Roh Kudus mengurapi pribadi lepas pribadi. Tangisan, jeritan, dan untaian doa mengalir ketika anak-ankNya berseru kepadaNya. Sesuatu telah terjadi di tempat itu. Saya percaya mujizat, pemulihan, bahkan terobosan besar sedang terjadi di GKPA Pangkalan Berandan. Tuhan, Engkau mulia dan ajaib dalam segala hal. Biarlah seluruh makhluk memuji Engkau!!!AMIN!!!!


Perjalanan Saya menuju Deplu sangat luar biasa dan Saya senang Tuhan ada bersama dengan Saya sebagai Penasehat, Bapa, Raja, dan Sahabat yang palingn mengerti dengan Saya.

Saya teringat lagu ini, sangat menggambarkan keadaan Saya di Deplu:

“KASIH SETIAMU”

Kasih setiaMu yang kurasakan
Lebih tinggi dari langi biru
KebaikanMu yang telah Kau nyatakan 
Lebih dalam dari samudera

BerkatMu yanng telah kuterima
Sempat membuatku terpesona
Apa yang tak pernah kupikirkan
Itu yang Kau sediakan bagiku

Siapakah aku ini Tuhan?
Jadi biji mataMu
Dengan apakah ku balas, Tuhan?
Selain puji dan sembah Kau



by: SEMS


Selasa, 02 Desember 2008

Perjalananku Menuju Tanah Kanaan

“PERJALANAN MENUJU TANAH KANAANKU”
(DEPARTEMEN LUAR NEGERI)
Bagian I


Mazmur 126 “Pengharapan di Tengah-tengah Penderitaan”
 Ketika Tuhan memulihkan keadaan Sion, 
keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi.
  Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, 
dan lidah kita dengan sorak-sorai.
Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa:
“Tuhan telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!”
Tuhan telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita.
Pulihkanlah keadaan kami, ya Tuhan, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb!
Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.
Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.


God, You Are Very Awesome!!!

Sampai saat ini keadaan Saya masih seperti orang bermimpi. Sungguh Saya sangat takjub dan heran akan cara Allah bekerja dalam kehidupan Saya! Sungguh di luar batas kemampuan manusia merancangnya dan melakukannya! Yaps…di luar dari dugaan Saya dan cita-cita Saya, Allah mengarahkan Saya pada suatu jalan kehidupan yang penuh dengan teka-teki dan misterius. Mengapa misterius??? Ya tanggal 17 November 2008 adalah waktunya Tuhan menyatakan janjiNya kepada Saya. Saya memperoleh kepastian bahwa Saya lulus seleksi dari proses penerimaan CPNS Departemen Luar Negeri (Deplu) 2008. HALLELUYAH!!! PUJI TUHAN!!! It’s amazing and an honor for me to receive the big trust from God…. 
 
Tidak pernah terpikirkan dalam benak Saya untuk bekerja sebagai bagian dari Keluarga Besar Deplu. Dan yang lebih uniknya lagi, di Deplu Saya melamar sebagai posisi Bendaharawan dan Penata Kerumahtanggaan Negara (BPKRT). Sangat impressive cara Allah bekerja dalam kehidupan Saya. Ketika Saya merenungkan mengapa Tuhan justru membawa Saya ke Deplu daripada ke PLN (saat itu Saya juga ikut proses seleksi di PLN hingga tahap wawancara terakhir, tapi ternyata Tuhan tidak berkehendak di sana), Saya melihat flashback apa yang telah Tuhan lakukan dalam kehidupan Saya mulai dari masa kecil Saya hingga sekarang.



The Puzzle of Life

Masih sangat segar dalam ingatan Saya, ketika dari SD Saya sudah mendapat kepercayaan besar dari guru-guru dan teman-teman Saya dalam memegang jabatan sebagai Bendahara Kelas. Tahun-tahun Saya di SD dari kelas 4 sampai dengan kelas 6 menjabat sebagai Bendahara Kelas. Dan Tuhan mengajarkan banyak hal kepada Saya dengan mengijinkan permasalahan-permasalahan yang timbul. Misalnya, Saya harus tegas menagih teman-teman yang telat membayar uang kas kelas. Juga membuat laporan-laporan perincian keuangan untuk setiap pemasukan dan pengeluaran (bayangin deh untuk ukuran anak SD kayaknya engga banget deh…). Uang kas juga beberapa kali harus Saya tombokin karena jumlahnya ga sesuai antara fisik dan yang tercatat, terkadang juga karena kelalaian Saya dan pernah hilang tapi tidak ada satupun yang mengaku. Hiks…hiks…hiks…Ya suka duka menjadi Bendahara Kelas sudah Saya rasakan. Bahkan Saya sempat bosan menjadi Bendahara Kelas karena tidak hanya di SD saja, tetapi SMP juga. 

Masuk SMA Saya cukup senang ketika hanya menjabat sebagai Sekretaris Kelas (Saya heran saja tidak bisa lepas dari jabatan pengurus kelas). Tapi ternyata ketika pergantian Pengurus Persekutuan Siswa/I Kristen SMA Negeri 1 Babalan TA 2001/ 2002, Saya terpilih sebagai Wakil Bendahara dengan suara terbanyak. Padahal engga pernah terpikirkan oleh Saya untuk dikandidatkan oleh para senior. Berlanjut TA 2002/2003 Saya terpilih kembali menjadi Bendahara Utama. Lulus SMA, Saya melanjutkan kuliah di STAN Purnawarman. Sangat mengherankan juga, karena teman-teman menaruh kepercayaan besar kepada Saya sebagai Bendahara Senat Mahasiswa Analis Kredit selama 2 periode. Di sini Saya mengelola dan mempertanggungjawabkan dana kas kemahasiswaan (mainannya sudah mulai puluhan juta). Ya, pelan-pelan seiring berjalannya waktu Tuhan membentuk karunia dan talenta Saya dalam mengelola keuangan.

Karena itu pula, akhirnya Saya menyadari bahwa Saya pernah bekerja di BII sebagai Teller, itupun sebagai bagian dari rencana Tuhan dalam hidup Saya. Jujur…Saya sempat tidak bersyukur menjadi seorang Teller. Karena Saya anggap itu hanya pekerjaan sederhana menjalankan transaksi nasabah. Tapi ketika Saya terjun langsung di dunia ini, Saya benar-benar mendapatkan banyak pelajaran berharga di dalamnya. Bisa Anda bayangkan sebagai anak baru, Tuhan menempatkan Saya di Kantor Cabang Induk Thamrin, tepatnya kantor pusat BII. Bukan hanya itu saja, buka counter pun Saya langsung pegang nasabah-nasabah Corporate. Teman-teman….setiap hari rasanya Saya mengalami tekanan yang luar biasa, mengalami namanya diremehkan (padahal kuliah disanjung-sanjung), sering selisih, bahkan sampai telinga panas kena omel melulu ma head teller (“,). Karena ditempatkan di Thamrin harus tough, nasabah-nasabahnya luar biasa dahsyatnya…….!!! Sekali complain langsung ke Direksi. Bahkan para senior dan head teller Saya pun cukup tertekan di sana, apalagi anak baru seperti Saya. Tapi akhirnya Saya mengucap syukur dengan segenap hati bahwa Saya masih bisa merasakan kebaikan dan kemurahan Tuhan dalam menjalani hari-hari Saya di BII. Di sana Saya sudah pernah menjalankan transaksi tunai baik setor maupun tarik yang jumlahnya ratusan juta rupiah (pernah sekali Milyaran), bahkan puluhan ribu dollar USA. Ya, Saya bersyukur bisa mengetahui proses transaksi yang sesuai dengan prosedur perbankan dan Saya bersyukur juga karena telah belajar sebagai seorang Teller yang JUJUR, BERTANGGUNG JAWAB, dan DISIPLIN. 

Masa-masa menjelang Saya akan mengundurkan diri, Saya mendapatkan perubahan yang luar biasa, di mana Saya dapat bekerja dengan sukacita dan damai sejahtera, sehingga Saya boleh mengundurkan diri dengan cara yang baik-baik pula. Saya mengundurkan diri karena dari awal bekerja Saya sudah ambil komitmen bahwa Saya hanya menjalani selama 6 (enam) bulan kontrak pertama Saya. Saya juga harus jujur dengan diri Saya sendiri bahwa Saya membutuhkan pekerjaan yang bisa mengeksplorasi kemampuan Saya sebagai Analisa Keuangan. Karena itulah Saya tidak mau lama-lama menjadi seorang Teller sebab impian Saya bukan berkarir menjadi Teller, tapi keinginan Saya lebih dari itu.


Perjalanan Itu Pun Dimulai

Perjalanan menuju Tanah Kanaan itupun dimulai seturut Saya keluar dari BII. Ketika Saya meminta kepada Tuhan pekerjaan yang baru, di mana Saya bisa menjadi pegawai tetap di sana (settled), tidak perlu lagi keluar masuk cari pekerjaan baru setiap tahun, Saya bisa lebih mengeksplorasi potensi diri Saya, Saya ingin ada wadah pelayanan Kristen di sana, ingin atasan yang takut akan Tuhan, Saya ingin di sana mendapat kesempatan untuk disekolahkan, bahkan melakukan perjalanan dinas ke luar negeri. Itulah keinginan Saya untuk tempat kerja yang baru.

Kita boleh meminta banyak hal kepada Tuhan karena Dia adalah Allah yang kaya dengan segala kepunyaanNya. Namun, satu hal yang perlu diingat, kita boleh menyatakan segala keinginan hati kita dalam permohonan doa, tetapi jangan lupa harus berada dalam otoritas dan kehendak Tuhan. Sering kali kita meminta tetapi tidak menanyakan kepada Tuhan apakah ini berguna bagi hidupku, apakah ini akan menyenangkan hati Allah, dan apakah ini akan menjadi berkat bagi orang lain….Di sini lah Saya banyak diajarkan Tuhan bagaimana sebelum meminta dan memohon, Saya harus mengenal dengan lebih sungguh-sungguh lagi maunya Tuhan dalam kehidupan Saya sehingga setelah mengenalNya sebagai suatu pribadi yang kudus dan mulia, saya juga harus mau berjalan dalam kehendakNya, dengan begitu Saya dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Tuhan ingini pada Saya (mengetahui prioritas hidup Saya dari Matius 7:21-23).

by: SEMS 

Jumat, 19 September 2008

Ciptaan yang Dahsyat dan Ajaib-Kamu!

“Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kau buat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya”
Mazmur 139:13-14


Ayat ini memiliki makna yang luar biasa. Melalui Daud, Allah bermaksud untuk mengatakan bahwa setiap manusia diciptakan-Nya dahsyat dan ajaib. Bahkan sejak kita berumur satu minggu di dalam kandungan Ibu kita masing-masing, Allah telah menetapkan jalan hidup masing-masing manusia. RancanganNya pasti mendatangkan sukacita dan damai sejahtera, dan betapa beruntungnya kita bahwa setiap rancanganNya tak kan pernah gagal. Oleh karena itu, Allah bekerja secara sempurna dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita semua yang mengasihi-Nya dan terpanggil sesuai rencana-Nya.

Kadang kala manusia tidak menyadari dan kurang bersyukur. Sering sekali saya mendengar, khususnya kaum Hawa, mengatakan bahwa mereka kurang cantik, kurang langsing, kurang putih, kurang tinggi, dll. Tak heran jika banyak wanita rela mengeluarkan uang sampai berjuta-juta untuk mendapatkan pengakuan cantik sesuai dengan persepsi media. Tanpa wajah yang (menurut mereka sendiri) kurang cantik, bentuk badan yang (menurut mereka sendiri) kurang langsing, kulit yang (menurut mereka sendiri) kurang putih serta tinggi badan yang (yang menurut mereka sendiri) kurang putih, para wanita tersebut merasa rendah diri. Begitu pula dengan kaum pria. Demi mendapatkan anggapan jantan dari kaum wanita, para pria pun rela mengeluarkan banyak uang demi sebuah image –yang notabene bersifat fana.

Padahal, Allah menciptakan manusia sesuai gambar dan rupaNya yang penuh dengan kemuliaan. (Kej 1:26-27) Setiap manusia diciptakan dan dipanggil oleh Allah untuk mewujudkan Kerajaan Sorga di dunia ini. Betapa baiknya Allah itu! Tentu saja, Sang Pencipta ini mampu melakukan hal tersebut, hanya dengan berfirman melalui mulutNya. Namun, karena kasihNya kepada kita, Dia dengan senang hati melibatkan setiap manusia untuk ikut serta dalam rencanaNya. Tidak hanya itu, Dia memberikan kebebasan bagi setiap manusia untuk memilih tanpa paksaan. WOW. Allah itu sungguh sangat baik.

Bagi para peminat games computer, mungkin tak asing dengan sebuah games yang cukup terkenal bernama The Sims. Dalam games ini, kita bisa menciptakan manusia sesuai dengan kehendak kita (kulit putih, kulit hitam, pendek, tinggi, langsing, gemuk, tua, muda, bayi, rambut panjang/lurus, dll). Setelah itu, sang pencipta akan membuat rumah beserta perabotan dan dapat memantau hidup ciptaannya. Saya membayangkan bahwa Allah bekerja seperti itu. Dengan imajinasiNya yang tinggi, Dia menciptakan setiap manusia dahsyat dan ajaib.
Melalui ayat ini, Allah ingin mengajak kita semua untuk menyadari bahwa masing-masing manusia adalah biji mata Allah, yang dijaga secara special. Jadi, tak usah minder dan takut sebab Allah memelihara kita dengan sempurna. Belajarlah mengucap syukur atas segala sesuatu yang kita miliki. Kita pun harus menjaga tubuh kita, karena tubuh adalah bait Allah.

« Tuhan, aku mengucap syukur atas tubuhku, wajahku, dan hidupku. Aku percaya bahwa Allah menciptakan diriku di dunia ini untuk terpanggil sesuai dengan rencanaMu yang mendatangkan sukacita dan damai sejahtera dalam hidupku. Ampuni aku yang lupa untuk mengucap syukur. Aku mau menjaga hatiku agar senantiasa melimpah dengan ucapan syukur. Terima kasih bagiMu ku ucapkan karena telah menciptakan aku secara dahsyat dan ajaib. Tolong aku dalam menjaga hidupku di dunia ini. Aku mau terpanggil sesuai dengan rencanaMu. Amin »




Menerima Rencana Tuhan Seutuhnya

“…Dia Tuhan, biarlah diperbuatNya apa yang dipandang-Nya baik”
1 Samuel 3:16 C


Kisah ini menceritakan tentang proses panggilan Samuel, anak dari Elkana dan Hana, orang Efraim. Samuel merupakan anak yang telah dinantikan lama oleh orang tuanya, khususnya ibunya, Hana. Saya menemukan bahwa Hana merupakan perempuan yang luar biasa. Demi mendapatkan Samuel, Hana kerap datang menghadap kepada Tuhan dan berdoa kepada-Nya dengan tidak putus asa sampai Tuhan ingat kepada-Nya.

Ketika Hana mengandung, Hana dan Elkana memberikan nama “Samuel” kepada anak itu, yang artinya “Aku telah memintanya dari pada Tuhan”. Setelah mendapatkan Samuel, Hana rela menyerahkan anak tersebut untuk tinggal di rumah Tuhan sampai selamanya. Hana pun mempercayakan hidup Samuel kepada-Nya, melalui pengawasan Imam Eli. Sebab Tuhan itu baik dan tak pernah berhutang, Dia memberikan kepada Hana tiga orang anak laki-laki lagi dan dua orang anak perempuan. Sementara Samuel tetap tinggal dengan keluarga Eli, sang Imam besar di kota Silo.

Eli memiliki dua anak lelaki dengan perangai buruk, Hofni dan Pinehas. Dosa anak-anaknya sungguh besar, karena mereka tidak mengindahkan Tuhan. Mereka berlaku buruk kepada setiap orang yang mau mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan, merampas korban mereka dan meniduri para perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan. Berulang kali Eli menegur mereka tetapi tidak pernah didengarnya oleh mereka. Sementara itu, Samuel semakin besar dan semakin disukai di hadapan Tuhan maupun di hadapan manusia.

Kabar mengenai tingkah laku Hofni dan Pinehas telah tersebar hampir ke seluruh pelosok Silo. Seorang abdi Allah pernah mendatangi Eli untuk memberitahukannya firman Allah mengenai keluarganya; bahwa kedua anaknya akan meninggal pada hari yang sama dan Allah akan mengangkat seorang imam kepercayaanNya yang berlaku sesuai dengan hati dan jiwa Allah-yang lambat laun diketahui adalah Samuel. Hal ini adalah sangat luar biasa. Allah sendiri yang mengakui bahwa Samuel hidup berkenan dengan hati-Nya dan jiwa-Nya. Luar biasa !

Ketika itu, Samuel masih sangat muda dan ketika itu, Tuhan jarang berfirman dan jarang ada penglihatan-penglihatan. Sehingga Samuel belum pernah mendengar panggilan Tuhan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Samuel tidak ‘ngeh’ ketika Allah memanggilnya. Luar biasa lagi! Samuel-yang sebelumnya pernah mendengar panggilan Allah, namun memiliki kepekaan mendengar suaraNya. Meskipun dia salah sangka, karena dipikirnya itu adalah suara Eli. Samuel dipanggil Tuhan 3 X, ketika dia sedang tertidur –suatu saat yang saya yakin tidak pernah terpikirkan sebelumnya olehnya. Dengan bimbingan Eli, Samuel mengetahui bahwa Allah lah yang memanggilnya. Ketika Samuel meresponi panggilan Allah dengan baik, yaitu dengan sikap mendengarkan maka Allah menceritakan seluruh isi hatiNya, hanya kepada Samuel dan bahkan tidak kepada Eli. Allah sendiri yang mengatakan rencanaNya untuk menghukum keluarga Eli. Adalah sesuatu yang berat bagi Samuel untuk menceritakan semua itu kepada Eli, seorang imam besar, yang telah membesarkan, mengasihi dan mengajarinya sejak dia kecil. Namun, Samuel harus memberitahukannya kepada Eli, sebuah kebenaran yang datangnya berasal dari mulut Allah sendiri.

Saya kagum dengan sikap Eli, yang dengan rendah hati menerima semua perkataan Samuel. Secara manusia, Eli merupakan imam besar, orang yang sangat berpengaruh bagi banyak orang. Sementara Samuel belum jadi apa-apa, masih anak bawang. Tetapi Eli mengetahui dengan pasti bahwa bukan Samuel yang berbicara mengenai keluarganya, melainkan Allah sendiri dan saya sangat tertarik dengan perkataan Eli, « Dia Tuhan, biarlah diperbuatNya apa yang dipandangNya baik ». WOW. Luar biasa ! Eli tidak marah, dia mengijinkan rencana Allah terjadi dalam hidupnya, meskipun tidak sesuai dengan harapannya.

Saya membayangkan respon saya, jika saya sudah menikah dan memiliki dua anak laki-laki yang kurang ajar, lalu ada seseorang yang mengatakan kepada saya, bahwa anak-anak saya akan mati pada hari yang sama –apalagi yang mengatakannya adalah lebih kecil daripada anak saya. Secara manusia, saya pasti akan marah besar dan mengacuhkan anak tersebut. Tetapi Eli beda. Saya yakin bahwa jika Eli tidak memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan, dia pasti memiliki respon yang negatif.

Melalui kisah ini, ada dua kisah yang mengalami rencana Tuhan yang tidak sesuai dengan keinginan dan harapannya sebagai manusia, yaitu Hana dan Eli. Berat bagi mereka untuk melakukannya tetapi karena kasih mereka yang jauh lebih besar,mereka bersedia melakukannya.Kadangkala, rencana Allah dalam hidup kita tak sesuai dengan harapan dan rencana kita. Tetapi yakinlah bahwa Allah, sang Pencipta, mengetahui rancangan yang ada bagi hidup kita masing-masing dan karena Dia adalah Allah dan bukan manusia, maka Dia tak pernah gagal. Ketika kita berserah kepada setiap rencana-Nya, maka Allah akan memperhitungkan kita sebagai orang-orang yang berkenan di hati dan jiwaNya. Dia pun tak akan segan memberikan berkat yang berlimpah.

“Bapa, aku berterima kasih atas firmanMu yang sungguh luar biasa. Hari ini, aku belajar mengikuti setiap rencana Tuhan, terutama rencanaMu yang tak seperti yang ku harapkan. Ampunilah aku yang sering kali memakai hikmatku sebagai manusia sehingga Engkau perhitungkan sebagai kebodohan. Aku menaruh setiap iman dan pengharapanku atas kasihMu. Aku bersedia mengikuti setiap rencanaMu-apa pun itu. Karena aku ingin membuktikan kepadaMu bahwa aku adalah hambaMu yang setia. Roh Kudus, tolong limpahkan kekuatan daripadaMu supaya aku bisa bertahan dalam rencanaNya sampai pada kesudahannya. Terima Kasih banyak Bapa. Aku mencintaimu”



Senin, 30 Juni 2008

MASUK KE DALAM HADIRAT TUHAN

Barangkali kita pernah mengalami bahwa pada waktu kita berdoa, Allah rasanya jauh sekali. Kita merasa seolah-olah doa kita jauh bagaikan berbicara kepada angin atau saluran telepon yang rusak. Dalam hal ini, maka fokus masalah kelemahan adalah untuk mendapatkannya dari Allah atau jika memakai bahasa Alkitab adalah masalah jalan masuk ke hadirat Allah. Alkitab sering kali mengatakan bahwa ”jalan masuk yang benar kepada Allah dan persekutuan kepada Allah terletak di dalam hati karena keselamatan kita. ”

Allah menciptakan manusia untuk kesenanganNya sendiri agar Ia dapat bersekutu dengan ciptaanNya. Tetapi dosa memisahkan mereka dari Allah. Karena begitu besarNya kasih Allah (Yoh 3:16), maka Ia datang ke dunia dengan mengutus anakNya yang tunggal untuk membawa manusia kembali kepada tujuanNya semula (1Tim 2:5).

Apa yang dapat diharapkan manusia untuk mencapai tahta hadirat Allah yang suci tanpa kehadiran dan pekerjaan dari pengantaraan Yesus Kristus? ”Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh 14:6). Dengan kematian Yesus di kayu salib telah membuka jalan bagi kita untuk punya hak masuk secara langsung sebagai orang percaya. Buktinya, tirai atau tabir yang memisahkan kita dengan Allah telah terbelah dengan digambarkan dalam Alkitab, yaitu sebagai suatu tirai yang memisahkan Ruang Suci dengan Ruangan Maha Suci terbelah menjadi dua dari atas hingga ke bawah untuk menekankan bahwa ini bukanlah pekerjaan manusia tetapi pekerjaan Allah (Mat 27:51).

Meskipun kita memiliki hak untuk masuk, kita masih perlu untuk datang dengan tangan yang bersih dan hati yang suci di hadapan hadirat Allah. Hanya dengan pengakuan dosa kita dan penyangkalan diri sepenuhnya melalui kematian Yesus Kristus dan kuasa darahNya yang telah tercurah membuat kita layak menghadap hadiratNya. Bagaimana pun, dengan menyembunyikan dosa dalam hati kita, maka kita menghentikan Allah untuk mendengarkan doa kita (Yes 59:2; Maz 66:18).

Jika seseorang diundang ke istana raja untuk menerima beberapa tanda penghargaan, maka undangan istana itu memberi dia hak untuk masuk ke hadapan raja. Hal itu membuat dia dapat melewati pos pemeriksaan dan para pengawal yang tadinya dapat saja menjauhkan dia dari istana raja. Walaupun dia telah masuk, ia dapat salah arah menuju tempat yang mulia itu, jika ia berjalan sendiri menuju tempat itu. Ia memerlukan seorang penunjuk jalan istana untuk membimbing dia mencapai tempat para undangan. Pekerjaan Yesus Kristus adalah mengundang kita untuk mendapat penghargaan dan menetapkan hak kita untuk masuk, tetapi Roh yang berdiam dalam diri kita juga diperlukan untuk memimpin kita ke hadapan hadirat Allah. Jadi Roh Kudus memberi jawaban bagi kelemahan kita dalam mencapai hadirat Allah. Karena Ia membuat doa kita sebagai suatu pengalaman persekutuan dengan Allah. Alangkah indahnya persekutuan dengan Roh Kudus. Oleh karena itu, marilah kita mendekatkan diri kepada Allah dan berdoa dengan keyakinan iman yang penuh bahwa Roh Kudus akan membantu kita dalam kelemahan kita (Rom 8:26).


Sumber : Berdoa Di Dalam Roh, Arthur Willis.

Jumat, 27 Juni 2008

MENANTI

MENANTI dengan frustasi dan putus asa, aku berteriak. Perlahan, dengan sabar, dan dengan kasih Tuhan menjawab. Aku mengerang dan menangis tersedu mencari jawaban, dan Tuhanku menjawab dengan lembut, "Anakku, engkau harus menanti!" "Menanti dan menanti?", jawabku singkat. "Tuhan, aku butuh jawaban, aku ingin tahu menagapa! Apakah tanganMu terlalu pendek? Atau apakah Engkau belum mendengar jeritan hatiku? Dengan IMAN aku bertanya padaMu, dan aku menggali fimanMu.


Masa depanku dan semua yang aku dapat handalkan mengambang, dan Engkau menyuruhku untuk MENANTI? Aku butuh jawaban "Iya", atau persetujuan dariMu, atau bahkan jawaban "Tidak" sehingga aku dapat berhenti dari apa yang sedang aku lakukan. Dan Tuhan, Engkau sendiri berjanji, bila kami minta sesuatu dengan percaya, kami akan menerimanya. Dan Tuhan, aku sudah berkali-kali bertanya, dan inilah tangisku: "Aku sudah capek untuk bertanya-tanya! Aku butuh jawaban!!!"


Kemudian dengan perlahan, lembut, Tuhanku kembali menjawab, "Engkau harus menanti" Aku tersungkur, mengalah dan protes kepada Tuhan, "Tuhan, untuk apakah aku menanti?" Kemudian Ia berlutut dan air mataNya berlinang, dan dengan sangat lembut Ia berkata, "Aku dapat memberikan engkau tanda. Aku dapat menggoncangkan langit dan menggelapkan matahari. Aku dapat membangkitkan orang mati, dan dapat membuat gunung bergerak. Semua yang engkau minta, aku dapat berikan.


Engkau bisa memiliki semua yang engkau minta, TETAPI, engkau tidak akan mengenal siapa AKU." "Engkau tidak akan mengenal betapa dalamnya kasihKu kepada setiap orang percaya; Engkau tidak akan merasakan kuasa yang aku berikan kepada yang lemah; Engkau tidak akan belajar melihat ditengah awan kehancuran; Engkau tidak akan belajar percaya bahwa Aku selalu besertamu; Engkau tidak akan merasakan sukacita, aman dan tenang dalam naungan sayapKu, ditengah kegelapan dan keheningan yang mencekam; Engkau tidak akan merasakan dalamnya kasih dan damainya Rohku; Engkau tahu aku memberi dan menyelamatkan; Namun engkau tidak akan Merasakan detak jantungKu.


Mendapatkan rasa aman dan tenang menjelang malam. Beriman ketika engkau berjalan tanpa pengelihatan. Mengenal Tuhan yang tidak hanya memberi apa yang kamu minta, tetapi membuat apa yang kamu terima kekal. "Engkau tidak akan pernah menyadari arti "Kasih karuniaMu cukup bagiku", bila rasa sakit itu berakhir dengan cepat. Ya, impianmu dapat menjadi kenyataan dalam semalam saja, tetapi apakah artinya bisa Aku harus kehilangan apa sedang aku lakukan didalam engkau!" "Oleh karena itu, anakKu, engkau akan melihat bahwa HADIAH YANG TERBESAR ADALAH MENGENAL AKU.


Meskipun sepertinya jawabanKu terasa terlambat, tetapi jawabanKu yang paling bijak adalah: "MENANTI"

Rabu, 18 Juni 2008

PENGAMPUNAN

Pengampunan merupakan hal tersulit untuk dilakukan, karena hal tersebut merupakan sebuah langkah yang membutuhkan keberanian dan kerelaan. Kita harus mengampuni mereka yang menyakiti kita. Alasannya sangat sederhana: kepahitan dan tidak mau mengampuni mengikatkan dirinya dalam-dalam di hati kita; mereka adalah rantai yang menawan kita pada luka-luka serta pesan-pesan dari luka-luka tersebut.

Sebelum Anda mengampuni, Anda tetap menjadi tawanan mereka. Paulus memperingatkan kita bahwa tidak mau mengampuni dan kepahitan dapat mengandaskan hidup dan kehidupan orang lain (Efesus 4:31; Ibrani 12:15). Kita harus melepaskan semua itu

Sekarang, dengarkan baik-baik! Pengampunan adalah sebuah pilihan. Itu bukan perasaan. Jangan mencoba dan merasakan pengampunan. Itu adalah sebuah tindakan kemauan. Jangan menunggu untuk mengampuni sampai Anda merasa ingin mengampuni. Anda tidak akan pernah sampai kesana. Perasaan memerlukan waktu untuk sembuh setelah pilihan untuk mengampuni diambil.

Kita harus mengizinkan Allah untuk memunculkan rasa sakit dari masa lalu kita, karena jika pengampunan Anda tidak meliputi pusat kehidupan emosional Anda, maka itu tidaklah sempurna. Kita mengakui bahwa itu sakit, bahwa itu penting, dan kita memilih untuk memberikan pengampunan kepada ayah kita, ibu kita, mereka yang menyakiti kita. Ini bukan sedang berkata ”itu tidak benar-benar penting”, bukan sedang berkata ”mungkin memang aku pantas menerimanya”. Pengampunan berkata ”itu salah, sangat salah. Itu penting, sangat menyakitiku. Dan, aku melepaskanmu. Aku menyerahkanmu kepada Allah”.

Mungkin akan membantu bila mengingat bahwa mereka yang menyakiti Anda sebenarnya juga memiliki luka yang dalam. Hati mereka hancur, hancur saat mereka kecil, dan mereka merasa tertawan oleh musuh. Mereka adalah barang gadaian di tangannya. Ini tidak membebaskan mereka dari pilihan-pilihan yang mereka buat, hal-hal yang mereka lakukan. Ini hanya membantu kita untuk melepaskannya pergi-untuk menyadari bahwa jika mereka juga sebenarnya berantakan, dipakai oleh musuh kita yang sebenarnya dalam peperangannya sendiri.

Us

Us