Selasa, 02 Desember 2008

Perjalananku Menuju Tanah Kanaan

“PERJALANAN MENUJU TANAH KANAANKU”
(DEPARTEMEN LUAR NEGERI)
Bagian I


Mazmur 126 “Pengharapan di Tengah-tengah Penderitaan”
 Ketika Tuhan memulihkan keadaan Sion, 
keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi.
  Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, 
dan lidah kita dengan sorak-sorai.
Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa:
“Tuhan telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!”
Tuhan telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita.
Pulihkanlah keadaan kami, ya Tuhan, seperti memulihkan batang air kering di Tanah Negeb!
Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.
Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya.


God, You Are Very Awesome!!!

Sampai saat ini keadaan Saya masih seperti orang bermimpi. Sungguh Saya sangat takjub dan heran akan cara Allah bekerja dalam kehidupan Saya! Sungguh di luar batas kemampuan manusia merancangnya dan melakukannya! Yaps…di luar dari dugaan Saya dan cita-cita Saya, Allah mengarahkan Saya pada suatu jalan kehidupan yang penuh dengan teka-teki dan misterius. Mengapa misterius??? Ya tanggal 17 November 2008 adalah waktunya Tuhan menyatakan janjiNya kepada Saya. Saya memperoleh kepastian bahwa Saya lulus seleksi dari proses penerimaan CPNS Departemen Luar Negeri (Deplu) 2008. HALLELUYAH!!! PUJI TUHAN!!! It’s amazing and an honor for me to receive the big trust from God…. 
 
Tidak pernah terpikirkan dalam benak Saya untuk bekerja sebagai bagian dari Keluarga Besar Deplu. Dan yang lebih uniknya lagi, di Deplu Saya melamar sebagai posisi Bendaharawan dan Penata Kerumahtanggaan Negara (BPKRT). Sangat impressive cara Allah bekerja dalam kehidupan Saya. Ketika Saya merenungkan mengapa Tuhan justru membawa Saya ke Deplu daripada ke PLN (saat itu Saya juga ikut proses seleksi di PLN hingga tahap wawancara terakhir, tapi ternyata Tuhan tidak berkehendak di sana), Saya melihat flashback apa yang telah Tuhan lakukan dalam kehidupan Saya mulai dari masa kecil Saya hingga sekarang.



The Puzzle of Life

Masih sangat segar dalam ingatan Saya, ketika dari SD Saya sudah mendapat kepercayaan besar dari guru-guru dan teman-teman Saya dalam memegang jabatan sebagai Bendahara Kelas. Tahun-tahun Saya di SD dari kelas 4 sampai dengan kelas 6 menjabat sebagai Bendahara Kelas. Dan Tuhan mengajarkan banyak hal kepada Saya dengan mengijinkan permasalahan-permasalahan yang timbul. Misalnya, Saya harus tegas menagih teman-teman yang telat membayar uang kas kelas. Juga membuat laporan-laporan perincian keuangan untuk setiap pemasukan dan pengeluaran (bayangin deh untuk ukuran anak SD kayaknya engga banget deh…). Uang kas juga beberapa kali harus Saya tombokin karena jumlahnya ga sesuai antara fisik dan yang tercatat, terkadang juga karena kelalaian Saya dan pernah hilang tapi tidak ada satupun yang mengaku. Hiks…hiks…hiks…Ya suka duka menjadi Bendahara Kelas sudah Saya rasakan. Bahkan Saya sempat bosan menjadi Bendahara Kelas karena tidak hanya di SD saja, tetapi SMP juga. 

Masuk SMA Saya cukup senang ketika hanya menjabat sebagai Sekretaris Kelas (Saya heran saja tidak bisa lepas dari jabatan pengurus kelas). Tapi ternyata ketika pergantian Pengurus Persekutuan Siswa/I Kristen SMA Negeri 1 Babalan TA 2001/ 2002, Saya terpilih sebagai Wakil Bendahara dengan suara terbanyak. Padahal engga pernah terpikirkan oleh Saya untuk dikandidatkan oleh para senior. Berlanjut TA 2002/2003 Saya terpilih kembali menjadi Bendahara Utama. Lulus SMA, Saya melanjutkan kuliah di STAN Purnawarman. Sangat mengherankan juga, karena teman-teman menaruh kepercayaan besar kepada Saya sebagai Bendahara Senat Mahasiswa Analis Kredit selama 2 periode. Di sini Saya mengelola dan mempertanggungjawabkan dana kas kemahasiswaan (mainannya sudah mulai puluhan juta). Ya, pelan-pelan seiring berjalannya waktu Tuhan membentuk karunia dan talenta Saya dalam mengelola keuangan.

Karena itu pula, akhirnya Saya menyadari bahwa Saya pernah bekerja di BII sebagai Teller, itupun sebagai bagian dari rencana Tuhan dalam hidup Saya. Jujur…Saya sempat tidak bersyukur menjadi seorang Teller. Karena Saya anggap itu hanya pekerjaan sederhana menjalankan transaksi nasabah. Tapi ketika Saya terjun langsung di dunia ini, Saya benar-benar mendapatkan banyak pelajaran berharga di dalamnya. Bisa Anda bayangkan sebagai anak baru, Tuhan menempatkan Saya di Kantor Cabang Induk Thamrin, tepatnya kantor pusat BII. Bukan hanya itu saja, buka counter pun Saya langsung pegang nasabah-nasabah Corporate. Teman-teman….setiap hari rasanya Saya mengalami tekanan yang luar biasa, mengalami namanya diremehkan (padahal kuliah disanjung-sanjung), sering selisih, bahkan sampai telinga panas kena omel melulu ma head teller (“,). Karena ditempatkan di Thamrin harus tough, nasabah-nasabahnya luar biasa dahsyatnya…….!!! Sekali complain langsung ke Direksi. Bahkan para senior dan head teller Saya pun cukup tertekan di sana, apalagi anak baru seperti Saya. Tapi akhirnya Saya mengucap syukur dengan segenap hati bahwa Saya masih bisa merasakan kebaikan dan kemurahan Tuhan dalam menjalani hari-hari Saya di BII. Di sana Saya sudah pernah menjalankan transaksi tunai baik setor maupun tarik yang jumlahnya ratusan juta rupiah (pernah sekali Milyaran), bahkan puluhan ribu dollar USA. Ya, Saya bersyukur bisa mengetahui proses transaksi yang sesuai dengan prosedur perbankan dan Saya bersyukur juga karena telah belajar sebagai seorang Teller yang JUJUR, BERTANGGUNG JAWAB, dan DISIPLIN. 

Masa-masa menjelang Saya akan mengundurkan diri, Saya mendapatkan perubahan yang luar biasa, di mana Saya dapat bekerja dengan sukacita dan damai sejahtera, sehingga Saya boleh mengundurkan diri dengan cara yang baik-baik pula. Saya mengundurkan diri karena dari awal bekerja Saya sudah ambil komitmen bahwa Saya hanya menjalani selama 6 (enam) bulan kontrak pertama Saya. Saya juga harus jujur dengan diri Saya sendiri bahwa Saya membutuhkan pekerjaan yang bisa mengeksplorasi kemampuan Saya sebagai Analisa Keuangan. Karena itulah Saya tidak mau lama-lama menjadi seorang Teller sebab impian Saya bukan berkarir menjadi Teller, tapi keinginan Saya lebih dari itu.


Perjalanan Itu Pun Dimulai

Perjalanan menuju Tanah Kanaan itupun dimulai seturut Saya keluar dari BII. Ketika Saya meminta kepada Tuhan pekerjaan yang baru, di mana Saya bisa menjadi pegawai tetap di sana (settled), tidak perlu lagi keluar masuk cari pekerjaan baru setiap tahun, Saya bisa lebih mengeksplorasi potensi diri Saya, Saya ingin ada wadah pelayanan Kristen di sana, ingin atasan yang takut akan Tuhan, Saya ingin di sana mendapat kesempatan untuk disekolahkan, bahkan melakukan perjalanan dinas ke luar negeri. Itulah keinginan Saya untuk tempat kerja yang baru.

Kita boleh meminta banyak hal kepada Tuhan karena Dia adalah Allah yang kaya dengan segala kepunyaanNya. Namun, satu hal yang perlu diingat, kita boleh menyatakan segala keinginan hati kita dalam permohonan doa, tetapi jangan lupa harus berada dalam otoritas dan kehendak Tuhan. Sering kali kita meminta tetapi tidak menanyakan kepada Tuhan apakah ini berguna bagi hidupku, apakah ini akan menyenangkan hati Allah, dan apakah ini akan menjadi berkat bagi orang lain….Di sini lah Saya banyak diajarkan Tuhan bagaimana sebelum meminta dan memohon, Saya harus mengenal dengan lebih sungguh-sungguh lagi maunya Tuhan dalam kehidupan Saya sehingga setelah mengenalNya sebagai suatu pribadi yang kudus dan mulia, saya juga harus mau berjalan dalam kehendakNya, dengan begitu Saya dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Tuhan ingini pada Saya (mengetahui prioritas hidup Saya dari Matius 7:21-23).

by: SEMS 

Jumat, 19 September 2008

Ciptaan yang Dahsyat dan Ajaib-Kamu!

“Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kau buat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya”
Mazmur 139:13-14


Ayat ini memiliki makna yang luar biasa. Melalui Daud, Allah bermaksud untuk mengatakan bahwa setiap manusia diciptakan-Nya dahsyat dan ajaib. Bahkan sejak kita berumur satu minggu di dalam kandungan Ibu kita masing-masing, Allah telah menetapkan jalan hidup masing-masing manusia. RancanganNya pasti mendatangkan sukacita dan damai sejahtera, dan betapa beruntungnya kita bahwa setiap rancanganNya tak kan pernah gagal. Oleh karena itu, Allah bekerja secara sempurna dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita semua yang mengasihi-Nya dan terpanggil sesuai rencana-Nya.

Kadang kala manusia tidak menyadari dan kurang bersyukur. Sering sekali saya mendengar, khususnya kaum Hawa, mengatakan bahwa mereka kurang cantik, kurang langsing, kurang putih, kurang tinggi, dll. Tak heran jika banyak wanita rela mengeluarkan uang sampai berjuta-juta untuk mendapatkan pengakuan cantik sesuai dengan persepsi media. Tanpa wajah yang (menurut mereka sendiri) kurang cantik, bentuk badan yang (menurut mereka sendiri) kurang langsing, kulit yang (menurut mereka sendiri) kurang putih serta tinggi badan yang (yang menurut mereka sendiri) kurang putih, para wanita tersebut merasa rendah diri. Begitu pula dengan kaum pria. Demi mendapatkan anggapan jantan dari kaum wanita, para pria pun rela mengeluarkan banyak uang demi sebuah image –yang notabene bersifat fana.

Padahal, Allah menciptakan manusia sesuai gambar dan rupaNya yang penuh dengan kemuliaan. (Kej 1:26-27) Setiap manusia diciptakan dan dipanggil oleh Allah untuk mewujudkan Kerajaan Sorga di dunia ini. Betapa baiknya Allah itu! Tentu saja, Sang Pencipta ini mampu melakukan hal tersebut, hanya dengan berfirman melalui mulutNya. Namun, karena kasihNya kepada kita, Dia dengan senang hati melibatkan setiap manusia untuk ikut serta dalam rencanaNya. Tidak hanya itu, Dia memberikan kebebasan bagi setiap manusia untuk memilih tanpa paksaan. WOW. Allah itu sungguh sangat baik.

Bagi para peminat games computer, mungkin tak asing dengan sebuah games yang cukup terkenal bernama The Sims. Dalam games ini, kita bisa menciptakan manusia sesuai dengan kehendak kita (kulit putih, kulit hitam, pendek, tinggi, langsing, gemuk, tua, muda, bayi, rambut panjang/lurus, dll). Setelah itu, sang pencipta akan membuat rumah beserta perabotan dan dapat memantau hidup ciptaannya. Saya membayangkan bahwa Allah bekerja seperti itu. Dengan imajinasiNya yang tinggi, Dia menciptakan setiap manusia dahsyat dan ajaib.
Melalui ayat ini, Allah ingin mengajak kita semua untuk menyadari bahwa masing-masing manusia adalah biji mata Allah, yang dijaga secara special. Jadi, tak usah minder dan takut sebab Allah memelihara kita dengan sempurna. Belajarlah mengucap syukur atas segala sesuatu yang kita miliki. Kita pun harus menjaga tubuh kita, karena tubuh adalah bait Allah.

« Tuhan, aku mengucap syukur atas tubuhku, wajahku, dan hidupku. Aku percaya bahwa Allah menciptakan diriku di dunia ini untuk terpanggil sesuai dengan rencanaMu yang mendatangkan sukacita dan damai sejahtera dalam hidupku. Ampuni aku yang lupa untuk mengucap syukur. Aku mau menjaga hatiku agar senantiasa melimpah dengan ucapan syukur. Terima kasih bagiMu ku ucapkan karena telah menciptakan aku secara dahsyat dan ajaib. Tolong aku dalam menjaga hidupku di dunia ini. Aku mau terpanggil sesuai dengan rencanaMu. Amin »




Menerima Rencana Tuhan Seutuhnya

“…Dia Tuhan, biarlah diperbuatNya apa yang dipandang-Nya baik”
1 Samuel 3:16 C


Kisah ini menceritakan tentang proses panggilan Samuel, anak dari Elkana dan Hana, orang Efraim. Samuel merupakan anak yang telah dinantikan lama oleh orang tuanya, khususnya ibunya, Hana. Saya menemukan bahwa Hana merupakan perempuan yang luar biasa. Demi mendapatkan Samuel, Hana kerap datang menghadap kepada Tuhan dan berdoa kepada-Nya dengan tidak putus asa sampai Tuhan ingat kepada-Nya.

Ketika Hana mengandung, Hana dan Elkana memberikan nama “Samuel” kepada anak itu, yang artinya “Aku telah memintanya dari pada Tuhan”. Setelah mendapatkan Samuel, Hana rela menyerahkan anak tersebut untuk tinggal di rumah Tuhan sampai selamanya. Hana pun mempercayakan hidup Samuel kepada-Nya, melalui pengawasan Imam Eli. Sebab Tuhan itu baik dan tak pernah berhutang, Dia memberikan kepada Hana tiga orang anak laki-laki lagi dan dua orang anak perempuan. Sementara Samuel tetap tinggal dengan keluarga Eli, sang Imam besar di kota Silo.

Eli memiliki dua anak lelaki dengan perangai buruk, Hofni dan Pinehas. Dosa anak-anaknya sungguh besar, karena mereka tidak mengindahkan Tuhan. Mereka berlaku buruk kepada setiap orang yang mau mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan, merampas korban mereka dan meniduri para perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan. Berulang kali Eli menegur mereka tetapi tidak pernah didengarnya oleh mereka. Sementara itu, Samuel semakin besar dan semakin disukai di hadapan Tuhan maupun di hadapan manusia.

Kabar mengenai tingkah laku Hofni dan Pinehas telah tersebar hampir ke seluruh pelosok Silo. Seorang abdi Allah pernah mendatangi Eli untuk memberitahukannya firman Allah mengenai keluarganya; bahwa kedua anaknya akan meninggal pada hari yang sama dan Allah akan mengangkat seorang imam kepercayaanNya yang berlaku sesuai dengan hati dan jiwa Allah-yang lambat laun diketahui adalah Samuel. Hal ini adalah sangat luar biasa. Allah sendiri yang mengakui bahwa Samuel hidup berkenan dengan hati-Nya dan jiwa-Nya. Luar biasa !

Ketika itu, Samuel masih sangat muda dan ketika itu, Tuhan jarang berfirman dan jarang ada penglihatan-penglihatan. Sehingga Samuel belum pernah mendengar panggilan Tuhan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Samuel tidak ‘ngeh’ ketika Allah memanggilnya. Luar biasa lagi! Samuel-yang sebelumnya pernah mendengar panggilan Allah, namun memiliki kepekaan mendengar suaraNya. Meskipun dia salah sangka, karena dipikirnya itu adalah suara Eli. Samuel dipanggil Tuhan 3 X, ketika dia sedang tertidur –suatu saat yang saya yakin tidak pernah terpikirkan sebelumnya olehnya. Dengan bimbingan Eli, Samuel mengetahui bahwa Allah lah yang memanggilnya. Ketika Samuel meresponi panggilan Allah dengan baik, yaitu dengan sikap mendengarkan maka Allah menceritakan seluruh isi hatiNya, hanya kepada Samuel dan bahkan tidak kepada Eli. Allah sendiri yang mengatakan rencanaNya untuk menghukum keluarga Eli. Adalah sesuatu yang berat bagi Samuel untuk menceritakan semua itu kepada Eli, seorang imam besar, yang telah membesarkan, mengasihi dan mengajarinya sejak dia kecil. Namun, Samuel harus memberitahukannya kepada Eli, sebuah kebenaran yang datangnya berasal dari mulut Allah sendiri.

Saya kagum dengan sikap Eli, yang dengan rendah hati menerima semua perkataan Samuel. Secara manusia, Eli merupakan imam besar, orang yang sangat berpengaruh bagi banyak orang. Sementara Samuel belum jadi apa-apa, masih anak bawang. Tetapi Eli mengetahui dengan pasti bahwa bukan Samuel yang berbicara mengenai keluarganya, melainkan Allah sendiri dan saya sangat tertarik dengan perkataan Eli, « Dia Tuhan, biarlah diperbuatNya apa yang dipandangNya baik ». WOW. Luar biasa ! Eli tidak marah, dia mengijinkan rencana Allah terjadi dalam hidupnya, meskipun tidak sesuai dengan harapannya.

Saya membayangkan respon saya, jika saya sudah menikah dan memiliki dua anak laki-laki yang kurang ajar, lalu ada seseorang yang mengatakan kepada saya, bahwa anak-anak saya akan mati pada hari yang sama –apalagi yang mengatakannya adalah lebih kecil daripada anak saya. Secara manusia, saya pasti akan marah besar dan mengacuhkan anak tersebut. Tetapi Eli beda. Saya yakin bahwa jika Eli tidak memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan, dia pasti memiliki respon yang negatif.

Melalui kisah ini, ada dua kisah yang mengalami rencana Tuhan yang tidak sesuai dengan keinginan dan harapannya sebagai manusia, yaitu Hana dan Eli. Berat bagi mereka untuk melakukannya tetapi karena kasih mereka yang jauh lebih besar,mereka bersedia melakukannya.Kadangkala, rencana Allah dalam hidup kita tak sesuai dengan harapan dan rencana kita. Tetapi yakinlah bahwa Allah, sang Pencipta, mengetahui rancangan yang ada bagi hidup kita masing-masing dan karena Dia adalah Allah dan bukan manusia, maka Dia tak pernah gagal. Ketika kita berserah kepada setiap rencana-Nya, maka Allah akan memperhitungkan kita sebagai orang-orang yang berkenan di hati dan jiwaNya. Dia pun tak akan segan memberikan berkat yang berlimpah.

“Bapa, aku berterima kasih atas firmanMu yang sungguh luar biasa. Hari ini, aku belajar mengikuti setiap rencana Tuhan, terutama rencanaMu yang tak seperti yang ku harapkan. Ampunilah aku yang sering kali memakai hikmatku sebagai manusia sehingga Engkau perhitungkan sebagai kebodohan. Aku menaruh setiap iman dan pengharapanku atas kasihMu. Aku bersedia mengikuti setiap rencanaMu-apa pun itu. Karena aku ingin membuktikan kepadaMu bahwa aku adalah hambaMu yang setia. Roh Kudus, tolong limpahkan kekuatan daripadaMu supaya aku bisa bertahan dalam rencanaNya sampai pada kesudahannya. Terima Kasih banyak Bapa. Aku mencintaimu”



Senin, 30 Juni 2008

MASUK KE DALAM HADIRAT TUHAN

Barangkali kita pernah mengalami bahwa pada waktu kita berdoa, Allah rasanya jauh sekali. Kita merasa seolah-olah doa kita jauh bagaikan berbicara kepada angin atau saluran telepon yang rusak. Dalam hal ini, maka fokus masalah kelemahan adalah untuk mendapatkannya dari Allah atau jika memakai bahasa Alkitab adalah masalah jalan masuk ke hadirat Allah. Alkitab sering kali mengatakan bahwa ”jalan masuk yang benar kepada Allah dan persekutuan kepada Allah terletak di dalam hati karena keselamatan kita. ”

Allah menciptakan manusia untuk kesenanganNya sendiri agar Ia dapat bersekutu dengan ciptaanNya. Tetapi dosa memisahkan mereka dari Allah. Karena begitu besarNya kasih Allah (Yoh 3:16), maka Ia datang ke dunia dengan mengutus anakNya yang tunggal untuk membawa manusia kembali kepada tujuanNya semula (1Tim 2:5).

Apa yang dapat diharapkan manusia untuk mencapai tahta hadirat Allah yang suci tanpa kehadiran dan pekerjaan dari pengantaraan Yesus Kristus? ”Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh 14:6). Dengan kematian Yesus di kayu salib telah membuka jalan bagi kita untuk punya hak masuk secara langsung sebagai orang percaya. Buktinya, tirai atau tabir yang memisahkan kita dengan Allah telah terbelah dengan digambarkan dalam Alkitab, yaitu sebagai suatu tirai yang memisahkan Ruang Suci dengan Ruangan Maha Suci terbelah menjadi dua dari atas hingga ke bawah untuk menekankan bahwa ini bukanlah pekerjaan manusia tetapi pekerjaan Allah (Mat 27:51).

Meskipun kita memiliki hak untuk masuk, kita masih perlu untuk datang dengan tangan yang bersih dan hati yang suci di hadapan hadirat Allah. Hanya dengan pengakuan dosa kita dan penyangkalan diri sepenuhnya melalui kematian Yesus Kristus dan kuasa darahNya yang telah tercurah membuat kita layak menghadap hadiratNya. Bagaimana pun, dengan menyembunyikan dosa dalam hati kita, maka kita menghentikan Allah untuk mendengarkan doa kita (Yes 59:2; Maz 66:18).

Jika seseorang diundang ke istana raja untuk menerima beberapa tanda penghargaan, maka undangan istana itu memberi dia hak untuk masuk ke hadapan raja. Hal itu membuat dia dapat melewati pos pemeriksaan dan para pengawal yang tadinya dapat saja menjauhkan dia dari istana raja. Walaupun dia telah masuk, ia dapat salah arah menuju tempat yang mulia itu, jika ia berjalan sendiri menuju tempat itu. Ia memerlukan seorang penunjuk jalan istana untuk membimbing dia mencapai tempat para undangan. Pekerjaan Yesus Kristus adalah mengundang kita untuk mendapat penghargaan dan menetapkan hak kita untuk masuk, tetapi Roh yang berdiam dalam diri kita juga diperlukan untuk memimpin kita ke hadapan hadirat Allah. Jadi Roh Kudus memberi jawaban bagi kelemahan kita dalam mencapai hadirat Allah. Karena Ia membuat doa kita sebagai suatu pengalaman persekutuan dengan Allah. Alangkah indahnya persekutuan dengan Roh Kudus. Oleh karena itu, marilah kita mendekatkan diri kepada Allah dan berdoa dengan keyakinan iman yang penuh bahwa Roh Kudus akan membantu kita dalam kelemahan kita (Rom 8:26).


Sumber : Berdoa Di Dalam Roh, Arthur Willis.

Jumat, 27 Juni 2008

MENANTI

MENANTI dengan frustasi dan putus asa, aku berteriak. Perlahan, dengan sabar, dan dengan kasih Tuhan menjawab. Aku mengerang dan menangis tersedu mencari jawaban, dan Tuhanku menjawab dengan lembut, "Anakku, engkau harus menanti!" "Menanti dan menanti?", jawabku singkat. "Tuhan, aku butuh jawaban, aku ingin tahu menagapa! Apakah tanganMu terlalu pendek? Atau apakah Engkau belum mendengar jeritan hatiku? Dengan IMAN aku bertanya padaMu, dan aku menggali fimanMu.


Masa depanku dan semua yang aku dapat handalkan mengambang, dan Engkau menyuruhku untuk MENANTI? Aku butuh jawaban "Iya", atau persetujuan dariMu, atau bahkan jawaban "Tidak" sehingga aku dapat berhenti dari apa yang sedang aku lakukan. Dan Tuhan, Engkau sendiri berjanji, bila kami minta sesuatu dengan percaya, kami akan menerimanya. Dan Tuhan, aku sudah berkali-kali bertanya, dan inilah tangisku: "Aku sudah capek untuk bertanya-tanya! Aku butuh jawaban!!!"


Kemudian dengan perlahan, lembut, Tuhanku kembali menjawab, "Engkau harus menanti" Aku tersungkur, mengalah dan protes kepada Tuhan, "Tuhan, untuk apakah aku menanti?" Kemudian Ia berlutut dan air mataNya berlinang, dan dengan sangat lembut Ia berkata, "Aku dapat memberikan engkau tanda. Aku dapat menggoncangkan langit dan menggelapkan matahari. Aku dapat membangkitkan orang mati, dan dapat membuat gunung bergerak. Semua yang engkau minta, aku dapat berikan.


Engkau bisa memiliki semua yang engkau minta, TETAPI, engkau tidak akan mengenal siapa AKU." "Engkau tidak akan mengenal betapa dalamnya kasihKu kepada setiap orang percaya; Engkau tidak akan merasakan kuasa yang aku berikan kepada yang lemah; Engkau tidak akan belajar melihat ditengah awan kehancuran; Engkau tidak akan belajar percaya bahwa Aku selalu besertamu; Engkau tidak akan merasakan sukacita, aman dan tenang dalam naungan sayapKu, ditengah kegelapan dan keheningan yang mencekam; Engkau tidak akan merasakan dalamnya kasih dan damainya Rohku; Engkau tahu aku memberi dan menyelamatkan; Namun engkau tidak akan Merasakan detak jantungKu.


Mendapatkan rasa aman dan tenang menjelang malam. Beriman ketika engkau berjalan tanpa pengelihatan. Mengenal Tuhan yang tidak hanya memberi apa yang kamu minta, tetapi membuat apa yang kamu terima kekal. "Engkau tidak akan pernah menyadari arti "Kasih karuniaMu cukup bagiku", bila rasa sakit itu berakhir dengan cepat. Ya, impianmu dapat menjadi kenyataan dalam semalam saja, tetapi apakah artinya bisa Aku harus kehilangan apa sedang aku lakukan didalam engkau!" "Oleh karena itu, anakKu, engkau akan melihat bahwa HADIAH YANG TERBESAR ADALAH MENGENAL AKU.


Meskipun sepertinya jawabanKu terasa terlambat, tetapi jawabanKu yang paling bijak adalah: "MENANTI"

Rabu, 18 Juni 2008

PENGAMPUNAN

Pengampunan merupakan hal tersulit untuk dilakukan, karena hal tersebut merupakan sebuah langkah yang membutuhkan keberanian dan kerelaan. Kita harus mengampuni mereka yang menyakiti kita. Alasannya sangat sederhana: kepahitan dan tidak mau mengampuni mengikatkan dirinya dalam-dalam di hati kita; mereka adalah rantai yang menawan kita pada luka-luka serta pesan-pesan dari luka-luka tersebut.

Sebelum Anda mengampuni, Anda tetap menjadi tawanan mereka. Paulus memperingatkan kita bahwa tidak mau mengampuni dan kepahitan dapat mengandaskan hidup dan kehidupan orang lain (Efesus 4:31; Ibrani 12:15). Kita harus melepaskan semua itu

Sekarang, dengarkan baik-baik! Pengampunan adalah sebuah pilihan. Itu bukan perasaan. Jangan mencoba dan merasakan pengampunan. Itu adalah sebuah tindakan kemauan. Jangan menunggu untuk mengampuni sampai Anda merasa ingin mengampuni. Anda tidak akan pernah sampai kesana. Perasaan memerlukan waktu untuk sembuh setelah pilihan untuk mengampuni diambil.

Kita harus mengizinkan Allah untuk memunculkan rasa sakit dari masa lalu kita, karena jika pengampunan Anda tidak meliputi pusat kehidupan emosional Anda, maka itu tidaklah sempurna. Kita mengakui bahwa itu sakit, bahwa itu penting, dan kita memilih untuk memberikan pengampunan kepada ayah kita, ibu kita, mereka yang menyakiti kita. Ini bukan sedang berkata ”itu tidak benar-benar penting”, bukan sedang berkata ”mungkin memang aku pantas menerimanya”. Pengampunan berkata ”itu salah, sangat salah. Itu penting, sangat menyakitiku. Dan, aku melepaskanmu. Aku menyerahkanmu kepada Allah”.

Mungkin akan membantu bila mengingat bahwa mereka yang menyakiti Anda sebenarnya juga memiliki luka yang dalam. Hati mereka hancur, hancur saat mereka kecil, dan mereka merasa tertawan oleh musuh. Mereka adalah barang gadaian di tangannya. Ini tidak membebaskan mereka dari pilihan-pilihan yang mereka buat, hal-hal yang mereka lakukan. Ini hanya membantu kita untuk melepaskannya pergi-untuk menyadari bahwa jika mereka juga sebenarnya berantakan, dipakai oleh musuh kita yang sebenarnya dalam peperangannya sendiri.

Jumat, 13 Juni 2008

Kekudusan dan Kasih Persaudaraan

Sebab itu siapkanlah akal budimu,
waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya
atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu
pada waktu penyataan Yesus Kristus.
Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan
jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu
pada waktu kebodohanmu,

tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu
sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu,
sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus
Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa,
yaitu Dia yang tanpa memandang muka
menghakimi semua orang menurut perbuatannya,
maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan
selama kamu menumpang di dunia ini.
Sebab kamu tahu,
bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia
yang kamu warisi dari nenek moyangmu.

Itu bukan dengan barang yang fana,
bukan pula dengan perak atau emas,
melainkan dengan darah yang mahal,
yaitu darah anak domba
yang tak bernoda dan tidak bercacat.
Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan,
tetapi karena kamu baru menyatakan diriNya pada zaman akhir.
Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah,
yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati
dan yang telah memuliakanNya,
sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah.
Karena kamu telah menyucikan dirimu
oleh ketaatan kepada kebenaran,
sehingga kamu dapat mengamalkan
kasih persaudaraan yang tulus ikhlas,
hendaklah kamu bersungguh-sungguh
saling mengasihi dengan segenap hatimu
.
Karena kamu telah dilahirkan kembali
bukan dari benih yang fana,
tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah,
yang hidup dan yang kekal.

Sebab semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering dan bunga gugur. Tetapi firman Tuhan tetap untuk selamanya.

Rabu, 11 Juni 2008

Undang DIA Masuk

Ada sebuah bagian firman Tuhan yang terkenal dan telah didengar banyak orang dalam konteks undangan untuk mengenal Kristus sebagai Juruselamat. ”Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya.” (Wahyu 3:20). Dia tidak memaksakan diri-Nya pada kita. Dia mengetuk, dan menunggu kita untuk menyuruh-Nya masuk. Ada sebuah langkah awal, langkah pertama dari ini, yang kita sebut sebagai keselamatan. Kita mendengar Kristus mengetuk dan kita membuka hati untuk-Nya sebagai Juruselamat. Itu adalah titik awal. Namun, prinsip ”mengetuk dan menunggu izin untuk masuk” ini berlaku mutlak dalam kehidupan Kristen kita.

Anda lihat, kita semua menangani kehancuran dengan cara yang sama –salah menerimanya. Terlalu sakit untuk pergi ke sana. Jadi, kita menutup pintu hati kita dan membuang kuncinya – sama seperti Lord Craven mengunci Taman Rahasia karena kematian istrinya kemudian mengubur kunci itu. Namun, itu tidak membawa kesembuhan. Sama sekali tidak. Itu mungkin memberikan kelegaan – untuk sementara. Tetapi, tidak pernah menyembuhkan. Biasanya itu akan membuat gadis kecil menjadi yatim piatu dan harus mengurus dirinya sendiri. Hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah membiarkan Yesus masuk, membuka pintu, dan mengundang-Nya untuk menemukan kita di dalam tempat-tempat yang menyakitkan itu.

Mungkin mengherankan melihat Kristus meminta izin kepada kita untuk masuk dan menyembuhkan, tetapi Dia baik, dan pintu memang dikunci dari dalam, dan kesembuhan tidak pernah terjadi bila kita tidak menginginkannya. Supaya dapat mengalami kesembuhan-Nya, kita juga harus memberi-Nya izin untuk masuk ke tempat-tempat yang telah lama kita tutup bagi siapa pun. Maukah kau membiarkan-Ku menyembuhkanmu? Dia mengetuk lewat kesepian kita. Dia mengetuk lewat penderitaan kita. Dia mengetuk lewat peristiwa-peristiwa yang terasa terlalu dekat dengan apa yang terjadi pada saat kita kecil –penghiantan, penolakan, kata yang diucapkan, hubungan yang berakhir. Dia mengetuk melalui berbagai hal, menanti kita untuk memberi-Nya izin masuk.

Berikanlah izin kepada-Nya. Berikan Dia akses menuju hati Anda yang hancur. Mintalah kepada-Nya untuk datang ke tempat-tempat ini.

Ya, Yesus, ya. Aku mengundang-Mu masuk. Masuklah ke tempat-tempat dalam hatiku yang berkeping-keping ini. (Anda tahu apa saja itu – minta Dia masuk ke sana. Apakah itu penyiksaan? Kehilangan ayah? Kecemburuan ibu Anda? Minta Dia masuk) Datanglah kepadaku, Juruselamatku. Aku membuka pintu hatiku. Aku memberi-Mu izin untuk menyembuhkan luka-lukaku. Datanglah kepadaku di sini. Datanglah untukku di sini.
(M.M, red)

Senin, 12 Mei 2008

Pengharapanku

Mengapa kau tertekan, hai jiwaku
Dan gelisah di dalam hidupku
Berharaplah kepada Allah yang setia
S’bab aku kan bersyukur lagi kepadaNya
Penolongku dan Allahku,
Yesus namanya

Ku mau bersorak, memuji kebesaranMu
Engkau Tuhan, penolong dalam susahku
Ku angkat tanganku
Percaya dalam namaMu
Tak kan Kau meninggalkanku

I Asked God and Finally Have the Idea

I Asked God to take away my habit.
God said, No.
It is not for me to take away, but for you to give up.

I asked God to make my handicapped child whole.
God said, No.
His spirit is whole, his body is only temporary.

I asked God to grant me patience.
God said, No.
Patience is a byproduct of tribulations
It isn't granted, it is learned.

I asked God to give me happiness.
God said, No.
I give you blessings, happiness is up to you.

I asked God to spare me pain.
God said, No.
Suffering draws you apart from worldly cares and brings you closer to me.

I asked God to make my spirit grow.
God said, No.
You must grow your own, but I will prune you to make you fruitful.

I asked God for all of the things I might enjoy in life.
God said, No.
I will give you life, so that you may enjoy all things.

I asked God to help me LOVE OTHERS, as much as he loves me.
God said... Ahhh, FINALLY YOU HAVE THE IDEA!

Rabu, 23 April 2008

Selalu Bersama-Mu

Hanya Kau, tempatku berlindung
Hanya Engkau, laguku dan kekuatanku
Ijinkanlah..ku datang menyembah
Membawa syukurku

Sedalamnya hatiku, Kau pun tahu
Dan kasihMu tak jauh dalam jiwaku
Di dalam kesesakan, di dalam kemenangan
Ku tahu Engkau selalu bersamaku

Senin, 21 April 2008

Pengharapan Yang Tidak Mengecewakan

Saya cukup terkejut pada saat saya mendengar bahwa setiap pengurus di Gereja Sungai Yordan Pengharapan (GSYP Bekasi) harus berkhotbah. Bagaimana tidak? Saya termasuk salah satunya.

Sebelumnya, saya memang sudah terbiasa untuk tampil dan berbicara di tempat umum. Ketika saya masih kuliah, saya pernah mengikuti lomba debat dalam bahasa Inggris skala nasional. Saya juga pernah menjadi pembawa acara dan games dalam acara-acara untuk umum. Di lingkungan pekerjaan, saya selalu memimpin rapat terbuka dan pernah membawakan pidato dalam seminar internasional. Saya juga sudah terbiasa menjadi pemimpin pujian, baik di gereja local maupun kebaktian kelompok sel. Selain itu, saya juga menjadi koordinator pemuda. Maka, sudah sewajarnya jika saya tidak merasakan gugup, ragu, degdeg an, ketika mendengar berita tersebut.

Tetapi tidak demikian pada kenyataannya. Perasaan saya campur aduk. Saya ingin menghindari pertemuan pengurus tersebut. Saya merasa gugup, ngeri, malu dan hal-hal negatif lainnya. Menyadari bahwa saya belum sempurna dan memang tidak akan pernah sempurna untuk membawakan khotbah adalah salah satu sebab terbesar adanya perasaan gugup ini. Bagi saya, ini bukan hanya tentang khotbah, ini membawakan pesan Tuhan. Firman Tuhan adalah bagaikan pedang bermata dua, menembus orang lain yang mendengarkannya juga saya yang akan membawakannya bahkan sanggup memisahkan roh dan jiwa saya.

Namun Tuhan sangat baik dan setia bagi saya. Dia lah sumber kekuatan saya. Menjadi pegangan hidup saya sejak saya kecil. Lebih dari itu semua, Dia lah sumber pengarapan saya, menjadi sauh yang kuat dan aman bagi jiwa saya. Akhirnya, setelah berdoa dan mohon pimpinanNya, saya memberanikan diri membawakan khotbah pada Roma 5 : 1-11 dan mengambil topik mengenai pengharapan yang tidak mengecewakan.

Ketika saya merenungkan kasih Tuhan dalam kehidupan orang-orang percaya, saya menemukan bahwa ada satu keuntungan kekal yang diberikan secara percuma/gratis kepada setiap orang percaya, yaitu PENGHARAPAN.

Sebetulnya, apa sih pengharapan itu? Saya menemukan bahwa pengharapan selalu identik dengan iman, ketekunan dan penderitaan. Pengharapan adalah penantian dengan penuh iman, yang dikerjakan dengan ketekunan; sehingga kita dapat bermegah dalam penderitaan. Dengan kata lain, pengharapan adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita. (Ibrani 6:19 - Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir)

Pengharapan yang ada di dunia ini ada dua bentuk, yaitu yang mengecewakan dan yang tidak mengecewakan.

Pengharapan yang mengecewakan adalah pengharapan yang ditujukan kepada orang lain, ilmu hitam, peramal, zodiac, dan juga kepada diri sendiri. Amsal mengatakan bahwa terkutuklah manusia yang mengandalakan orang lain dan kekuatannya sendiri. Pengarapan yang seperti ini bersifat fana, sementara, tidak berdasar sehingga tidak memiliki kekuataan yang pada akhirnya disimpulkan dalam satu kata, mengecewakan.

Lalu pengarapan bagaimana yang tidak akan pernah mengecewakan? Saya menemukan ada 3 bentuk pengharapan yang kekal, memberi kekuatan dan tidak mengecewakan, antara lain:

1. Pengarapan yang ditujukan kepada Allah saja
 Yang terutama adalah bahwa pengarapan tersebut harus ditujukan kepada Allah, karena Bapa sendiri yang telah menganugerahkan nya kepada kita. II Tesalonika 2 : 16, mengatakan Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita,
Kita tidak akan dapat menujukannya kepada Allah kalau kita tidak percaya kepada Nya. Untuk percaya kepadaNya, diperlukan satu hal, yaitu IMAN. Definisi iman sudah jelas dikatakan bahwa iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1). Apa ada diantara saudara yang pernah melihat Allah? Saya yakin tidak ada, seandainya ada pun pasti saudara tidak akan bisa melihat saya. Karena sudah pasti anda akan buta melihat kemuliaan Allah yang menyilaukan. Berbahagialah anda yang percaya namun tidak melihat. Berbahagialah anda dan saya! Satu hal lagi, bahwa iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati! Iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu, iman kita dalamNya menjadi sempurna (Yak 2:22)
Kita bisa melihat contohnya dalam diri Abraham. Janji Allah kepadanya adalah keturunan Abraham akan dibuatnya buanyak, seperti pasir di pantai dan bintang di langit. Saya yakin bahkan astronomi sendiri tidak akan mampu menghitung berapa jumlah bintang di langit. Secara manusia tidak mungkin Abraham dapat memiliki keturunan yang banyak. Ketika itu, usianya sudah mencapai 100 tahun, badannya sudah lemah dan kandungan Sara sudah tettutup. Bagaimana mungkin? Namun, imannya tidak menjadi lemah, melainkan semakin kuat. Bahkan ia sempat menyembah Tuhan. Sehingga Bapa sendiri memperhitungkan tindakan iman Abaraham sebagai suatu kebenaran, sampai saat ini. Ketika saudara dan saya menjadi anak-anak Abraham.

2. Pengaharapan yang dikerjakan dengan ketekunan, terutama dalam penderitaan.

Manusia tidak akan bisa berpengharapan kepada Allah jika tidak mengalami penderitaan. Jadi, selama kita mengalami cobaan, penderitaan dan kesulitan-kesulitan lainnya, maka selama itu pula lah kita dapat berpengarapan kepadaNya. Dalam penderitaan, kita tentu akan sulit berpengarapan kepada sesuatu yang tidak terlihat (Allah-Iman) Namun jika kita tekun beriman dan mengerjakan keselamatan kita dengan penuh ketekunan, maka ketekunan itu akan menimbulkan tahan uji dan tahan uji dapat menimbulkan pengharapan sehingga kita dapat bermegah dalam setiap cobaan yang ada.

3. Pengharapan yang sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dikaruniakan oleh Roh Kudus yang dicurahkan untuk setiap hati



Tanpa Roh Kudus yang memberi kekuatan, maka kita tidak akan dapat berpengarapan kepada Allah. Jadi, pada akhirnya, tinggal tiga hal, yakni iman, pengharapan dan kasih. Diantara semuanya itu, yang paling besar adalah kasih.

Saya sudah tidak bersama dengan ayah saja sejak saya kecil. Jadi, orang tua yang saya tahu hanya satu orang, yaitu ibu saya. Dengan keadaan seperti itu, ibu saya cukup sibuk menjadi ibu sekaligus ayah –pencari nafkah-, juga lebih memperhatikan kedua adik saya. Sebagai anak tertua, saya cukup mengerti keadaan keluarga saya dan tidak menuntut banyak hal. Sejak usia saya 4 tahun, saya sudah mengenal Tuhan. Setiap minggu, saya rajin ke sekolah minggu. Tuhan menjadi pelipur lara saya ketika saya kesepian, ketika saya sedih, dan merana. Ibu saya mungkin tidak akan pernah tahu masalah-masalah saya namun Tuhan adalah orang pertama yang tahu. Dalam setiap masalah, saya belajar untuk berpengarapan kepada Tuhan. Hingga sampai saat ini, saya ada di tempat ini, diberkati dengan berlimpah. Saya menjadi sebuah karya yang indah bagiNya. Berkat melimpah dalam segala hal merupakan bonus yang saya terima selama berpengarapan kepada Allah. Dia tidak pernah mengecewakan saya.

Akhir kata, saya berdoa agar kesaksian ini dapat mencelikkan mata rohani saudara yang buta dan membuat kaki rohani anda yang lumpuh dapat berjalan kembali. Respon saudara dan saya terhadap Firman Tuhan itu lah yang membedakan cara kerja Tuhan dalam kehidupan kita, pribadi lepas pribadi. Tuhan memberkati. (M.M, red)

Minggu, 23 Maret 2008

Apakah anda pembawa kabar baik?

"...Tidak patut yang kita lakukan ini. Hari ini ialah hari kabar baik. Tetapi kita ini tinggal diam saja. Apabila kita menanti sampai terang pagi, maka hukuman akan menimpa kita. Jadi sekarang, marilah kita pergi menghadap untuk memberitahuan hal itu ke istana raja..." (2 Raja-raja 7 : 1-20)


Ada sebuah kiasan : Ikan bisa aja hidup di air asin, namun air asin itu tidak akan membuatnya menjadi ikan asin. Kiasan ini cukup bagus dan patut ditiru oleh kita orang percaya -kita dapat saja tinggal di dunia ini, yang penuh dengan pengaruh dan unsur-unsur yang jahat dan bertentangan dengan kebenaran firman Tuhan. Namun hal-hal tersebut sepatutnya tidak lagi menjadi bagian dalam kehidupan kita sebagai orang percaya. Yang paling sederhana dan seringkali kita jumpai adalah tentang berita atau kabar-kabar yang beredar. Telinga kita tentunya tidak mungkin ditutup untuk dapat mendengarkan, namun ada satu pintu yang dapat ditutup agar kabar yang tidak baik itu tidak lebih leluasa tersebar kemana-mana..yaitu mulut!!!!

Apakah kita sebagai orang percaya bisa menjadi lebih baik dari empat orang kusta yang dikisahkan dalam 2 Raja-raja 7 : 1-20?? Ke empat orang kusta ini dengan segala kelemahan tubuhnya, bahkan ditolah oleh siapa pun, namun mereka mampu menjadi orang yang menyampaikan kabar baik bagi bangsanya yang sedang mengalami bencana kelaparan. Keberanian yang dimiliki ke empat kusta tadi sangat luar biasa. Mereka mempertaruhkan hidup mereka dan Tuhan bekerja membuat mukjijat di dalamnya.Tidak berhenti sampai di situ saja. Pada waktu mereka melihat ada berkat dan mukjijat Tuhan, mereka tidak tinggal diam dan menikmatinya sendiri. Namun mereka menyampaikan berita yang menggembirakan bagi bangsanya yang sedang mengalami penderitaan akibat bencana kelaparan tersebut.

Kisah ini seharusnya menggores kehidupan kita, sudahkah kita menjadi orang yang selalu membawa kabar suka cita bagi setiap orang yang kita jumpai? Ataukah kita menjadi orang yang selalu membawa berita buruk : gossip lah, fitnah lah, atau penghakiman kah? Sehingga kita membuat orang lain patah hati, kecewa, putus asa, kehilangan potensi dan akhirnya meninggalkan Tuhan, dll.

Ada 5 terobosan dan keuntungan bagi kita bila selalu menjadi kabar baik :
1. Dapat memulihkan orang lain
- dan orang tersebut akan siap mengalami kuasa mukjijat (2 raja-raja 7 : 9; bilangan 13 : 30-33)
2. Mengalami hidup dalam kesehatan ilahi (Amsal 15 :30 & Amsal 18:21)
3. Dapat menyegarkan jiwa - Untuk mengubah kekeringan (Amsal 25:25)
4. Akan selalu hidup dalam pengurapan Tuhan (Lukas 4 : 18-19)
5. Dapat mengubah keadaan yang buruk menjadi indah (Roma 10:15)

Pilihan semua ada di tangan saudara : apakah mulai hari ini, saudara mau menjadi orang yang selalu membawa kabar baik atau pembawa kabar buruk?

Kami berharap saudara dapat mengalami 5 terobosan di atas. Tuhan memberkati

Us

Us